A. PENDAHULUAN
Kualitas suatu pendidikan tidak hanya dilihat dari bagaimana prestasi akademik yang dapat dicapai oleh masing-masing siswa, namun juga sangat ditentukan oleh kualitas para pengelola baik secara langsung maupun tidak terlibat dalam proses pendidikan dimaksud. Kondisi ini memperkuat bahwa pendidikan sebagai suatu jalinan sistem tidak dapat mengabaikan satu komponen yang terkait di dalamnya atau mendudukan posisi satu komponen lebih penting daripada komponen lainnya. Peran Kepala Sekolah sebagai pemimpin suatu lembaga pendidikan merupakan peran strategik di dalam mengoptimal-kan tujuan-tujuan yang ada di sekolah. Kepala sekolah bersama guru dituntut untuk mewujudkan iklim organisasi yang kondusif dengan dinamika perubahan yang dilakukan secara terus-menerus sesuai perubahan yang terjadi.
Sebagai seorang pemimpin, baik kepala sekolah maupun guru diharapkan memiliki pengetahuan luas dan keterampilan tinggi yang didasari IPTEK dan IMTAQ. Kemampuan yang tinggi baik dari aspek pengetahuan maupun keterampilan tidak akan datang dengan sendirinya tanpa ada upaya dan keinginan yang kuat dari sumber daya manusianya. Setiap kegiatan yang dilakukan harus dipersiapkan secara matang dengan mempertimbangkan unsur-unsur rasionalitas, moralitas di samping unsur yang bersifat ilmiah.sehingga dapat mencerminkan suatu budaya hidup-kerja berkualitas. Budaya ini perlu dibangun di atas pondasi yang kokoh didasarkan atas kemampuan dan kemauan para pengelola untuk mengoptimalkan kesinergian dari jalinan sistem yang saling terkait.
Aktivitas di bidang penulisan ilmiah merupakan salah satu cerminan dari ke-mampuan para pengelola pendidikan untuk menuangkan suatu ide atau gagasan atau bahkan hasil kajian research yang dilakukannya. Aktivitas ini diarahkan guna mem-perbaiki dan mengembangkan situasi yang kondusif demi mewujudkan budaya kerja hidup berkualitas.. Karya tulis yang dihasilkan harus dapat dipertanggungjawabkan keaslian dan keilmiahannya sehingga berdampak pada eksistensi dari lembaga yang dipimpinnya.
Melalui pelatihan yang dilakukan oleh Kelompok Pengawas TK/SD Kecamatan Jatinegara, diupayakan untuk menjembatani persoalan penulisan ilmiah yang sering dihadapi para pengelola pendidikan khususnya Kepala Sekolah dan guru senior agar salah satu kriteria kualitas dapat terwujud melalui kemampuan ini.
B. PEMBAHASAN
1. Apa yang dimaksud Ilmiah?
Ilmiah dalam suatu tulisan yang dihasilkan berarti digunakan metode dan prinsip-prinsip science, yaitu sistematis dan eksak, atau menggunakan metode penelitian di mana suatu hipotesis yang dirumuskan setelah dikumpulkan data objektif secara sistematis, dites secara empiris. Science selalu empiris, yaitu didasarkan atas data yang diperoleh melalui observasi. Science bersifat sistematis dan mencoba melihat sejumlah observasi yang kompleks dalam hubungan yang logis. Science itu objektif, menjauhi aspek-aspek yang subyektif.
Karena itu, kegiatan ilmiah tidak mencampurkannya dengan nilai-nilai etis.
Science tidak bertanya apakah objek penelitian itu baik atau buruk.
Science atau ilmu pengetahuan sering dipandang sebagai akumulasi pengetahu-an yang sistematis. Science dapat dan harus memperluas pengetahuan. Akan tetapi haki-kat science yang utama adalah sebagai suatu metode pendekatan terhadap keseluruh-an dunia empiris, yakni dunia kenyataan yang dapat dikenal manusia melalui pe-ngalamannya.
Science tidak bertujuan untuk menemukan kebenaran mutlak. Bagi science, segala pengetahuan bersifat sementara atau tentatif yang dapat berubah bila ditemukan data baru misalnya jika ditemukannya dengan menggunakan alat-alat baru.. Science adalah suatu metode analisis dan mengemukakan penemuannya dengan hati-hati dalam bentuk “jika”, “maka”. Dengan science, teori memegang peranan yang penting. Teori merupakan hal yang pokok dan dasar bagi science.
2. Pengertian Tulisan Ilmiah
Tulisan ilmiah dapat didefinisikan sebagai suatu karya tulis hasil kegiatan ilmiah yang berupa artikel/hasil penelitian atau berupa makalah yang disajikan pada forum pertemuan ilmiah. Tulisan ilmiah yang tersaji dengan bahasa dan format yang lebih populer disebut sebagai tulisan ilmiah populer.
Tulisan ilmiah memiliki beberapa ciri khusus, yaitu:
a. Isi sajiannya berada pada kawasan ilmu
b. Penulisannya cermat, tepat, dan benar
c. Sistematika jelas, dan
d. Bersifat objektif (dengan fakta dan rasional)
Setiap tulisan ilmiah hanya menyajikan ringkasan atau hal-hal yang menarik dari suatu kegiatan ilmiah (penelitian, pengembangan, dan evaluasi). Tulisan ilmiah sering juga disebut makalah. Makalah dapat menjadi artikel bila termuat di majalah ilmiah, atau bahan tulisan bagi siaran radio/TV, atau bahan tertulis dalam pertemuan ilmiah.
Penelitian merupakan suatu kegiatan pengkajian terhadap suatu permasalahan dengan menggunakan metode ilmiah. Hasilnya berupa pengetahuan ilmiah dari hal yang dipermasalahkan. Pengembangan merupakan kegiatan yang dapat berupa perancangan, perencanaan atau rekayasa yang dilakukan dengan berdasar metode berpikir ilmiah. Hasilnya berupa pengetahuan ilmiah atau teknologi yang digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Sedangkan evaluasi merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang diperoleh melalui tata cara tertentu berdasar pada metode berpikir ilmiah. Hasilnya adalah pengetahuan ilmiah yang digunakan untuk pengambilan kebijakan terhadap hal yang dipermasalahkan. Dengan demikian, kegiatan penelitian, pengembangan, dan evaluasi merupakan kegiatan ilmiah yang akan ditulis dalam bentuk dan format penulisan ilmiah mulai dari buku, artikel, dan gagasan yang ditulis melalui media massa.
Kriteria kebenaran ilmu ada tiga, yaitu:
a. Koherensi
Suatu pernyataan dianggap benar, bila pernyataan itu bersifat koherensi dan konsisten dengan pernyataan sebelumnya. Dan dianggap benar menurut logika deduktif dengan menggunakan sarana matematika sebagai alat pembuktiannya.
b. Korespondensi
Suatu pernyataan dianggap benar, jika pengetahuan yang terkandung dalam pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan ) dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut menurut logika induktif dan menggunakan statistik sebagai sasarannya.
c. Pragmatis
Pernyataan dianggap benar, bila diukur dengan kriteria apakah pernyataan itu bersifat fungsional (berguna/efektif) bagi kehidupan praktis. Atau suatu pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.
Dalam cara berpikir/menalar untuk memecahkan suatu permasalahan, terdapat dua cara yaitu:
a. Berpikir deduktif (dari fakta umum ke khusus)
b. Berpikir induktif (dari fakta yang khusus kemudian diteliti dan akhirnya ditemui pemecahan persoalan yang bersifat umum). Ruang lingkup awalnya adalah khas dan terbatas.
3. Kerangka Isi Tulisan Ilmiah
Kerja penelitian, pengembangan dan evaluasi memerlukan pelaporan hasil. Kerangka isi dan format laporan hasil umumnya terdiri dari:
a. Bagian Pendahuluan terdiri dari halaman judul, lembaran persetujuan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan lampiran, serta abstrak atau ringkasan.
b. Bagian Isi umumnya terdiri dari:
I. Permasalahan atau Pendahuluan
II. Kajian Teori atau Pembahasan Kepustakaan
III. Metodologi atau Uraian Metode dan Prosedur Pengkajian
IV. Hasil-hasil dan Diskusi Hasil Kajian, serta
V. Kesimpulan dan Saran-saran.
c. Bagian Penunjang umumnya terdiri dari sajian daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang diperlukan untuk menunjang isi laporan
Bentuk sajian tulisan ilmiah dapat berbeda-beda. Majalah ilmiah dan pertemuan ilmiah mempersyaratkan bentuk sajian tulisan yang lebih resmi. Sedangkan media masa seperti koran dan naskah berita, tulisan ilmiahnya menggunakan bahasa yang lebih populer.
Isi tulisan laporan hasil kegiatan penelitian, pengembangan dan evaluasi yang dipersyaratkan oleh suatu jurnal ilmiah adalah:
a. Bagian Pendahuluan terdiri dari judul, abstrak dalam bahasa Indonesia dan Inggris
b. Bagian Isi terdiri dari Permasalahan, Uraian teori dan hal yang dipermasalahkan, Uraian fakta dari hal yang dipermasalahkan, Diskusi, Kesimpulan/Saran
c. Bagian Penunjang tediri dari daftar pustaka dan data dari penulis.
4. Pengertian Tulisan Ilmiah Populer
Pengetahuan ilmiah dapat disajikan dengan tampilan format dan bahasa yang lebih enak dibaca dan dipahami. Tulisan semacam itu umum disebut sebagai tulisan ilmiah populer.
Meskipun disajikan dengan gaya bahasa dan sajian yang tidak terlalu formal, namun fakta yang disajikan harus tetap obyektif dan dijiwai dengan kebenaran dan metode berpikir keilmuan. Pada umumnya tulisan ilmiah populer lebih banyak menyajikan pandangan, gagasan, komentar atau ulasan terhadap sesuatu permasalahan tertentu.
5. Kerangka Isi Tulisan Ilmiah Populer
Tulisan ilmiah populer umumnya tersaji dalam kerangka isi yang lebih bebas. Tidak ada kerangka isi yang baku seperti hasilpenelitian. Tujuannya adalah menarik bagi para pembaca dan mudah dipahami. Dengan demikian, dalam tulisan ilmiah populer harus jelas untuk konsumsi siap tulisan itu dibuat. Kondisi pembaca sangat menentukan gaya bahasa dan kerangka isi penyajian.
Kerangka isi tulisan ilmiah populer terdiri dari 3 bagian, yaitu pendahuluan, isi, dan penutup. Pada pendahuluan sering dipaparkan hal-hal yang menarik, atau mengejutkan. Pada bagian isi bahasan ada yangdimulai dengan memaparkan hal-hal umum untuk kemudian menuju pada kesimpulan yang spesifik. Atau sebaliknya. Ada juga yang mengungkapkan tesis, kemudian membenturkannya dengan antitesis untuk sampai pada satu sintesa. Ada pula yang membahas permasalahan dengan upaya untuk menjawab pertanyaan apa, siapa, mengapa, kapan, dan dimana serta bagaimana.
C. PENUTUP
Hasil kegiatan ilmiah dapat disajikan dalam bentuk tulisan ilmiah baik berupa artikel di majalah atau berupa makalah yang disajikan pada forum pertemuan ilmiah. Tulisan ilmiah yang tersaji dengan format yang lebih “populer” disebut sebagai tulisan ilmiah populer. Tulisan ilmiah populer merupakan tulisan ilmiah yang disajikan dengan menggunakan bahasa dan kerangka sajian isi yang lebih menarik serta mudah dipahami.
Berbagai cara penulisan dapat dilakukan untuk memaparkan hasil suatu kegiatan baik yang berupa penelitian, pengembangan maupun evaluasi. Teknik penulisannya dapat dilakukan dengan mengkaji siapa dan bagaimana pihak lain dapat memahami maksud dari tulisan yang disajikan. Tulisan ilmiah yang disajikan pada jurnal ilmiah memper-syaratkan kerangka isi sajian tertentu. Sedangkan tulisan ilmiah yang diterbitkan pada suatu jurnal ilmiah mengikuti langkah-langkah: Judul, Abstrak, Kata-kata kunci, Permasalahan, Uraian teori dari hal yang dipermasalahkan, Uraian fakta dari hal yang dipermasalahkan, Diskusi, Kesimpulan/Saran, Daftar Pustaka dan sajian ringkas data dari penulis.
Wednesday, September 19, 2007
TEKNIK PENULISAN ILMIAH
A. PENDAHULUAN
Kualitas suatu pendidikan tidak hanya dilihat dari bagaimana prestasi akademik yang dapat dicapai oleh masing-masing siswa, namun juga sangat ditentukan oleh kualitas para pengelola baik secara langsung maupun tidak terlibat dalam proses pendidikan dimaksud. Kondisi ini memperkuat bahwa pendidikan sebagai suatu jalinan sistem tidak dapat mengabaikan satu komponen yang terkait di dalamnya atau mendudukan posisi satu komponen lebih penting daripada komponen lainnya. Peran Kepala Sekolah sebagai pemimpin suatu lembaga pendidikan merupakan peran strategik di dalam mengoptimal-kan tujuan-tujuan yang ada di sekolah. Kepala sekolah bersama guru dituntut untuk mewujudkan iklim organisasi yang kondusif dengan dinamika perubahan yang dilakukan secara terus-menerus sesuai perubahan yang terjadi.
Sebagai seorang pemimpin, baik kepala sekolah maupun guru diharapkan memiliki pengetahuan luas dan keterampilan tinggi yang didasari IPTEK dan IMTAQ. Kemampuan yang tinggi baik dari aspek pengetahuan maupun keterampilan tidak akan datang dengan sendirinya tanpa ada upaya dan keinginan yang kuat dari sumber daya manusianya. Setiap kegiatan yang dilakukan harus dipersiapkan secara matang dengan mempertimbangkan unsur-unsur rasionalitas, moralitas di samping unsur yang bersifat ilmiah.sehingga dapat mencerminkan suatu budaya hidup-kerja berkualitas. Budaya ini perlu dibangun di atas pondasi yang kokoh didasarkan atas kemampuan dan kemauan para pengelola untuk mengoptimalkan kesinergian dari jalinan sistem yang saling terkait.
Aktivitas di bidang penulisan ilmiah merupakan salah satu cerminan dari ke-mampuan para pengelola pendidikan untuk menuangkan suatu ide atau gagasan atau bahkan hasil kajian research yang dilakukannya. Aktivitas ini diarahkan guna mem-perbaiki dan mengembangkan situasi yang kondusif demi mewujudkan budaya kerja hidup berkualitas.. Karya tulis yang dihasilkan harus dapat dipertanggungjawabkan keaslian dan keilmiahannya sehingga berdampak pada eksistensi dari lembaga yang dipimpinnya.
Melalui pelatihan yang dilakukan oleh Kelompok Pengawas TK/SD Kecamatan Jatinegara, diupayakan untuk menjembatani persoalan penulisan ilmiah yang sering dihadapi para pengelola pendidikan khususnya Kepala Sekolah dan guru senior agar salah satu kriteria kualitas dapat terwujud melalui kemampuan ini.
B. PEMBAHASAN
1. Apa yang dimaksud Ilmiah?
Ilmiah dalam suatu tulisan yang dihasilkan berarti digunakan metode dan prinsip-prinsip science, yaitu sistematis dan eksak, atau menggunakan metode penelitian di mana suatu hipotesis yang dirumuskan setelah dikumpulkan data objektif secara sistematis, dites secara empiris. Science selalu empiris, yaitu didasarkan atas data yang diperoleh melalui observasi. Science bersifat sistematis dan mencoba melihat sejumlah observasi yang kompleks dalam hubungan yang logis. Science itu objektif, menjauhi aspek-aspek yang subyektif.
Karena itu, kegiatan ilmiah tidak mencampurkannya dengan nilai-nilai etis.
Science tidak bertanya apakah objek penelitian itu baik atau buruk.
Science atau ilmu pengetahuan sering dipandang sebagai akumulasi pengetahu-an yang sistematis. Science dapat dan harus memperluas pengetahuan. Akan tetapi haki-kat science yang utama adalah sebagai suatu metode pendekatan terhadap keseluruh-an dunia empiris, yakni dunia kenyataan yang dapat dikenal manusia melalui pe-ngalamannya.
Science tidak bertujuan untuk menemukan kebenaran mutlak. Bagi science, segala pengetahuan bersifat sementara atau tentatif yang dapat berubah bila ditemukan data baru misalnya jika ditemukannya dengan menggunakan alat-alat baru.. Science adalah suatu metode analisis dan mengemukakan penemuannya dengan hati-hati dalam bentuk “jika”, “maka”. Dengan science, teori memegang peranan yang penting. Teori merupakan hal yang pokok dan dasar bagi science.
2. Pengertian Tulisan Ilmiah
Tulisan ilmiah dapat didefinisikan sebagai suatu karya tulis hasil kegiatan ilmiah yang berupa artikel/hasil penelitian atau berupa makalah yang disajikan pada forum pertemuan ilmiah. Tulisan ilmiah yang tersaji dengan bahasa dan format yang lebih populer disebut sebagai tulisan ilmiah populer.
Tulisan ilmiah memiliki beberapa ciri khusus, yaitu:
a. Isi sajiannya berada pada kawasan ilmu
b. Penulisannya cermat, tepat, dan benar
c. Sistematika jelas, dan
d. Bersifat objektif (dengan fakta dan rasional)
Setiap tulisan ilmiah hanya menyajikan ringkasan atau hal-hal yang menarik dari suatu kegiatan ilmiah (penelitian, pengembangan, dan evaluasi). Tulisan ilmiah sering juga disebut makalah. Makalah dapat menjadi artikel bila termuat di majalah ilmiah, atau bahan tulisan bagi siaran radio/TV, atau bahan tertulis dalam pertemuan ilmiah.
Penelitian merupakan suatu kegiatan pengkajian terhadap suatu permasalahan dengan menggunakan metode ilmiah. Hasilnya berupa pengetahuan ilmiah dari hal yang dipermasalahkan. Pengembangan merupakan kegiatan yang dapat berupa perancangan, perencanaan atau rekayasa yang dilakukan dengan berdasar metode berpikir ilmiah. Hasilnya berupa pengetahuan ilmiah atau teknologi yang digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Sedangkan evaluasi merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang diperoleh melalui tata cara tertentu berdasar pada metode berpikir ilmiah. Hasilnya adalah pengetahuan ilmiah yang digunakan untuk pengambilan kebijakan terhadap hal yang dipermasalahkan. Dengan demikian, kegiatan penelitian, pengembangan, dan evaluasi merupakan kegiatan ilmiah yang akan ditulis dalam bentuk dan format penulisan ilmiah mulai dari buku, artikel, dan gagasan yang ditulis melalui media massa.
Kriteria kebenaran ilmu ada tiga, yaitu:
a. Koherensi
Suatu pernyataan dianggap benar, bila pernyataan itu bersifat koherensi dan konsisten dengan pernyataan sebelumnya. Dan dianggap benar menurut logika deduktif dengan menggunakan sarana matematika sebagai alat pembuktiannya.
b. Korespondensi
Suatu pernyataan dianggap benar, jika pengetahuan yang terkandung dalam pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan ) dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut menurut logika induktif dan menggunakan statistik sebagai sasarannya.
c. Pragmatis
Pernyataan dianggap benar, bila diukur dengan kriteria apakah pernyataan itu bersifat fungsional (berguna/efektif) bagi kehidupan praktis. Atau suatu pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.
Dalam cara berpikir/menalar untuk memecahkan suatu permasalahan, terdapat dua cara yaitu:
a. Berpikir deduktif (dari fakta umum ke khusus)
b. Berpikir induktif (dari fakta yang khusus kemudian diteliti dan akhirnya ditemui pemecahan persoalan yang bersifat umum). Ruang lingkup awalnya adalah khas dan terbatas.
3. Kerangka Isi Tulisan Ilmiah
Kerja penelitian, pengembangan dan evaluasi memerlukan pelaporan hasil. Kerangka isi dan format laporan hasil umumnya terdiri dari:
a. Bagian Pendahuluan terdiri dari halaman judul, lembaran persetujuan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan lampiran, serta abstrak atau ringkasan.
b. Bagian Isi umumnya terdiri dari:
I. Permasalahan atau Pendahuluan
II. Kajian Teori atau Pembahasan Kepustakaan
III. Metodologi atau Uraian Metode dan Prosedur Pengkajian
IV. Hasil-hasil dan Diskusi Hasil Kajian, serta
V. Kesimpulan dan Saran-saran.
c. Bagian Penunjang umumnya terdiri dari sajian daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang diperlukan untuk menunjang isi laporan
Bentuk sajian tulisan ilmiah dapat berbeda-beda. Majalah ilmiah dan pertemuan ilmiah mempersyaratkan bentuk sajian tulisan yang lebih resmi. Sedangkan media masa seperti koran dan naskah berita, tulisan ilmiahnya menggunakan bahasa yang lebih populer.
Isi tulisan laporan hasil kegiatan penelitian, pengembangan dan evaluasi yang dipersyaratkan oleh suatu jurnal ilmiah adalah:
a. Bagian Pendahuluan terdiri dari judul, abstrak dalam bahasa Indonesia dan Inggris
b. Bagian Isi terdiri dari Permasalahan, Uraian teori dan hal yang dipermasalahkan, Uraian fakta dari hal yang dipermasalahkan, Diskusi, Kesimpulan/Saran
c. Bagian Penunjang tediri dari daftar pustaka dan data dari penulis.
4. Pengertian Tulisan Ilmiah Populer
Pengetahuan ilmiah dapat disajikan dengan tampilan format dan bahasa yang lebih enak dibaca dan dipahami. Tulisan semacam itu umum disebut sebagai tulisan ilmiah populer.
Meskipun disajikan dengan gaya bahasa dan sajian yang tidak terlalu formal, namun fakta yang disajikan harus tetap obyektif dan dijiwai dengan kebenaran dan metode berpikir keilmuan. Pada umumnya tulisan ilmiah populer lebih banyak menyajikan pandangan, gagasan, komentar atau ulasan terhadap sesuatu permasalahan tertentu.
5. Kerangka Isi Tulisan Ilmiah Populer
Tulisan ilmiah populer umumnya tersaji dalam kerangka isi yang lebih bebas. Tidak ada kerangka isi yang baku seperti hasilpenelitian. Tujuannya adalah menarik bagi para pembaca dan mudah dipahami. Dengan demikian, dalam tulisan ilmiah populer harus jelas untuk konsumsi siap tulisan itu dibuat. Kondisi pembaca sangat menentukan gaya bahasa dan kerangka isi penyajian.
Kerangka isi tulisan ilmiah populer terdiri dari 3 bagian, yaitu pendahuluan, isi, dan penutup. Pada pendahuluan sering dipaparkan hal-hal yang menarik, atau mengejutkan. Pada bagian isi bahasan ada yangdimulai dengan memaparkan hal-hal umum untuk kemudian menuju pada kesimpulan yang spesifik. Atau sebaliknya. Ada juga yang mengungkapkan tesis, kemudian membenturkannya dengan antitesis untuk sampai pada satu sintesa. Ada pula yang membahas permasalahan dengan upaya untuk menjawab pertanyaan apa, siapa, mengapa, kapan, dan dimana serta bagaimana.
C. PENUTUP
Hasil kegiatan ilmiah dapat disajikan dalam bentuk tulisan ilmiah baik berupa artikel di majalah atau berupa makalah yang disajikan pada forum pertemuan ilmiah. Tulisan ilmiah yang tersaji dengan format yang lebih “populer” disebut sebagai tulisan ilmiah populer. Tulisan ilmiah populer merupakan tulisan ilmiah yang disajikan dengan menggunakan bahasa dan kerangka sajian isi yang lebih menarik serta mudah dipahami.
Berbagai cara penulisan dapat dilakukan untuk memaparkan hasil suatu kegiatan baik yang berupa penelitian, pengembangan maupun evaluasi. Teknik penulisannya dapat dilakukan dengan mengkaji siapa dan bagaimana pihak lain dapat memahami maksud dari tulisan yang disajikan. Tulisan ilmiah yang disajikan pada jurnal ilmiah memper-syaratkan kerangka isi sajian tertentu. Sedangkan tulisan ilmiah yang diterbitkan pada suatu jurnal ilmiah mengikuti langkah-langkah: Judul, Abstrak, Kata-kata kunci, Permasalahan, Uraian teori dari hal yang dipermasalahkan, Uraian fakta dari hal yang dipermasalahkan, Diskusi, Kesimpulan/Saran, Daftar Pustaka dan sajian ringkas data dari penulis.
Kualitas suatu pendidikan tidak hanya dilihat dari bagaimana prestasi akademik yang dapat dicapai oleh masing-masing siswa, namun juga sangat ditentukan oleh kualitas para pengelola baik secara langsung maupun tidak terlibat dalam proses pendidikan dimaksud. Kondisi ini memperkuat bahwa pendidikan sebagai suatu jalinan sistem tidak dapat mengabaikan satu komponen yang terkait di dalamnya atau mendudukan posisi satu komponen lebih penting daripada komponen lainnya. Peran Kepala Sekolah sebagai pemimpin suatu lembaga pendidikan merupakan peran strategik di dalam mengoptimal-kan tujuan-tujuan yang ada di sekolah. Kepala sekolah bersama guru dituntut untuk mewujudkan iklim organisasi yang kondusif dengan dinamika perubahan yang dilakukan secara terus-menerus sesuai perubahan yang terjadi.
Sebagai seorang pemimpin, baik kepala sekolah maupun guru diharapkan memiliki pengetahuan luas dan keterampilan tinggi yang didasari IPTEK dan IMTAQ. Kemampuan yang tinggi baik dari aspek pengetahuan maupun keterampilan tidak akan datang dengan sendirinya tanpa ada upaya dan keinginan yang kuat dari sumber daya manusianya. Setiap kegiatan yang dilakukan harus dipersiapkan secara matang dengan mempertimbangkan unsur-unsur rasionalitas, moralitas di samping unsur yang bersifat ilmiah.sehingga dapat mencerminkan suatu budaya hidup-kerja berkualitas. Budaya ini perlu dibangun di atas pondasi yang kokoh didasarkan atas kemampuan dan kemauan para pengelola untuk mengoptimalkan kesinergian dari jalinan sistem yang saling terkait.
Aktivitas di bidang penulisan ilmiah merupakan salah satu cerminan dari ke-mampuan para pengelola pendidikan untuk menuangkan suatu ide atau gagasan atau bahkan hasil kajian research yang dilakukannya. Aktivitas ini diarahkan guna mem-perbaiki dan mengembangkan situasi yang kondusif demi mewujudkan budaya kerja hidup berkualitas.. Karya tulis yang dihasilkan harus dapat dipertanggungjawabkan keaslian dan keilmiahannya sehingga berdampak pada eksistensi dari lembaga yang dipimpinnya.
Melalui pelatihan yang dilakukan oleh Kelompok Pengawas TK/SD Kecamatan Jatinegara, diupayakan untuk menjembatani persoalan penulisan ilmiah yang sering dihadapi para pengelola pendidikan khususnya Kepala Sekolah dan guru senior agar salah satu kriteria kualitas dapat terwujud melalui kemampuan ini.
B. PEMBAHASAN
1. Apa yang dimaksud Ilmiah?
Ilmiah dalam suatu tulisan yang dihasilkan berarti digunakan metode dan prinsip-prinsip science, yaitu sistematis dan eksak, atau menggunakan metode penelitian di mana suatu hipotesis yang dirumuskan setelah dikumpulkan data objektif secara sistematis, dites secara empiris. Science selalu empiris, yaitu didasarkan atas data yang diperoleh melalui observasi. Science bersifat sistematis dan mencoba melihat sejumlah observasi yang kompleks dalam hubungan yang logis. Science itu objektif, menjauhi aspek-aspek yang subyektif.
Karena itu, kegiatan ilmiah tidak mencampurkannya dengan nilai-nilai etis.
Science tidak bertanya apakah objek penelitian itu baik atau buruk.
Science atau ilmu pengetahuan sering dipandang sebagai akumulasi pengetahu-an yang sistematis. Science dapat dan harus memperluas pengetahuan. Akan tetapi haki-kat science yang utama adalah sebagai suatu metode pendekatan terhadap keseluruh-an dunia empiris, yakni dunia kenyataan yang dapat dikenal manusia melalui pe-ngalamannya.
Science tidak bertujuan untuk menemukan kebenaran mutlak. Bagi science, segala pengetahuan bersifat sementara atau tentatif yang dapat berubah bila ditemukan data baru misalnya jika ditemukannya dengan menggunakan alat-alat baru.. Science adalah suatu metode analisis dan mengemukakan penemuannya dengan hati-hati dalam bentuk “jika”, “maka”. Dengan science, teori memegang peranan yang penting. Teori merupakan hal yang pokok dan dasar bagi science.
2. Pengertian Tulisan Ilmiah
Tulisan ilmiah dapat didefinisikan sebagai suatu karya tulis hasil kegiatan ilmiah yang berupa artikel/hasil penelitian atau berupa makalah yang disajikan pada forum pertemuan ilmiah. Tulisan ilmiah yang tersaji dengan bahasa dan format yang lebih populer disebut sebagai tulisan ilmiah populer.
Tulisan ilmiah memiliki beberapa ciri khusus, yaitu:
a. Isi sajiannya berada pada kawasan ilmu
b. Penulisannya cermat, tepat, dan benar
c. Sistematika jelas, dan
d. Bersifat objektif (dengan fakta dan rasional)
Setiap tulisan ilmiah hanya menyajikan ringkasan atau hal-hal yang menarik dari suatu kegiatan ilmiah (penelitian, pengembangan, dan evaluasi). Tulisan ilmiah sering juga disebut makalah. Makalah dapat menjadi artikel bila termuat di majalah ilmiah, atau bahan tulisan bagi siaran radio/TV, atau bahan tertulis dalam pertemuan ilmiah.
Penelitian merupakan suatu kegiatan pengkajian terhadap suatu permasalahan dengan menggunakan metode ilmiah. Hasilnya berupa pengetahuan ilmiah dari hal yang dipermasalahkan. Pengembangan merupakan kegiatan yang dapat berupa perancangan, perencanaan atau rekayasa yang dilakukan dengan berdasar metode berpikir ilmiah. Hasilnya berupa pengetahuan ilmiah atau teknologi yang digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Sedangkan evaluasi merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang diperoleh melalui tata cara tertentu berdasar pada metode berpikir ilmiah. Hasilnya adalah pengetahuan ilmiah yang digunakan untuk pengambilan kebijakan terhadap hal yang dipermasalahkan. Dengan demikian, kegiatan penelitian, pengembangan, dan evaluasi merupakan kegiatan ilmiah yang akan ditulis dalam bentuk dan format penulisan ilmiah mulai dari buku, artikel, dan gagasan yang ditulis melalui media massa.
Kriteria kebenaran ilmu ada tiga, yaitu:
a. Koherensi
Suatu pernyataan dianggap benar, bila pernyataan itu bersifat koherensi dan konsisten dengan pernyataan sebelumnya. Dan dianggap benar menurut logika deduktif dengan menggunakan sarana matematika sebagai alat pembuktiannya.
b. Korespondensi
Suatu pernyataan dianggap benar, jika pengetahuan yang terkandung dalam pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan ) dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut menurut logika induktif dan menggunakan statistik sebagai sasarannya.
c. Pragmatis
Pernyataan dianggap benar, bila diukur dengan kriteria apakah pernyataan itu bersifat fungsional (berguna/efektif) bagi kehidupan praktis. Atau suatu pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.
Dalam cara berpikir/menalar untuk memecahkan suatu permasalahan, terdapat dua cara yaitu:
a. Berpikir deduktif (dari fakta umum ke khusus)
b. Berpikir induktif (dari fakta yang khusus kemudian diteliti dan akhirnya ditemui pemecahan persoalan yang bersifat umum). Ruang lingkup awalnya adalah khas dan terbatas.
3. Kerangka Isi Tulisan Ilmiah
Kerja penelitian, pengembangan dan evaluasi memerlukan pelaporan hasil. Kerangka isi dan format laporan hasil umumnya terdiri dari:
a. Bagian Pendahuluan terdiri dari halaman judul, lembaran persetujuan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan lampiran, serta abstrak atau ringkasan.
b. Bagian Isi umumnya terdiri dari:
I. Permasalahan atau Pendahuluan
II. Kajian Teori atau Pembahasan Kepustakaan
III. Metodologi atau Uraian Metode dan Prosedur Pengkajian
IV. Hasil-hasil dan Diskusi Hasil Kajian, serta
V. Kesimpulan dan Saran-saran.
c. Bagian Penunjang umumnya terdiri dari sajian daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang diperlukan untuk menunjang isi laporan
Bentuk sajian tulisan ilmiah dapat berbeda-beda. Majalah ilmiah dan pertemuan ilmiah mempersyaratkan bentuk sajian tulisan yang lebih resmi. Sedangkan media masa seperti koran dan naskah berita, tulisan ilmiahnya menggunakan bahasa yang lebih populer.
Isi tulisan laporan hasil kegiatan penelitian, pengembangan dan evaluasi yang dipersyaratkan oleh suatu jurnal ilmiah adalah:
a. Bagian Pendahuluan terdiri dari judul, abstrak dalam bahasa Indonesia dan Inggris
b. Bagian Isi terdiri dari Permasalahan, Uraian teori dan hal yang dipermasalahkan, Uraian fakta dari hal yang dipermasalahkan, Diskusi, Kesimpulan/Saran
c. Bagian Penunjang tediri dari daftar pustaka dan data dari penulis.
4. Pengertian Tulisan Ilmiah Populer
Pengetahuan ilmiah dapat disajikan dengan tampilan format dan bahasa yang lebih enak dibaca dan dipahami. Tulisan semacam itu umum disebut sebagai tulisan ilmiah populer.
Meskipun disajikan dengan gaya bahasa dan sajian yang tidak terlalu formal, namun fakta yang disajikan harus tetap obyektif dan dijiwai dengan kebenaran dan metode berpikir keilmuan. Pada umumnya tulisan ilmiah populer lebih banyak menyajikan pandangan, gagasan, komentar atau ulasan terhadap sesuatu permasalahan tertentu.
5. Kerangka Isi Tulisan Ilmiah Populer
Tulisan ilmiah populer umumnya tersaji dalam kerangka isi yang lebih bebas. Tidak ada kerangka isi yang baku seperti hasilpenelitian. Tujuannya adalah menarik bagi para pembaca dan mudah dipahami. Dengan demikian, dalam tulisan ilmiah populer harus jelas untuk konsumsi siap tulisan itu dibuat. Kondisi pembaca sangat menentukan gaya bahasa dan kerangka isi penyajian.
Kerangka isi tulisan ilmiah populer terdiri dari 3 bagian, yaitu pendahuluan, isi, dan penutup. Pada pendahuluan sering dipaparkan hal-hal yang menarik, atau mengejutkan. Pada bagian isi bahasan ada yangdimulai dengan memaparkan hal-hal umum untuk kemudian menuju pada kesimpulan yang spesifik. Atau sebaliknya. Ada juga yang mengungkapkan tesis, kemudian membenturkannya dengan antitesis untuk sampai pada satu sintesa. Ada pula yang membahas permasalahan dengan upaya untuk menjawab pertanyaan apa, siapa, mengapa, kapan, dan dimana serta bagaimana.
C. PENUTUP
Hasil kegiatan ilmiah dapat disajikan dalam bentuk tulisan ilmiah baik berupa artikel di majalah atau berupa makalah yang disajikan pada forum pertemuan ilmiah. Tulisan ilmiah yang tersaji dengan format yang lebih “populer” disebut sebagai tulisan ilmiah populer. Tulisan ilmiah populer merupakan tulisan ilmiah yang disajikan dengan menggunakan bahasa dan kerangka sajian isi yang lebih menarik serta mudah dipahami.
Berbagai cara penulisan dapat dilakukan untuk memaparkan hasil suatu kegiatan baik yang berupa penelitian, pengembangan maupun evaluasi. Teknik penulisannya dapat dilakukan dengan mengkaji siapa dan bagaimana pihak lain dapat memahami maksud dari tulisan yang disajikan. Tulisan ilmiah yang disajikan pada jurnal ilmiah memper-syaratkan kerangka isi sajian tertentu. Sedangkan tulisan ilmiah yang diterbitkan pada suatu jurnal ilmiah mengikuti langkah-langkah: Judul, Abstrak, Kata-kata kunci, Permasalahan, Uraian teori dari hal yang dipermasalahkan, Uraian fakta dari hal yang dipermasalahkan, Diskusi, Kesimpulan/Saran, Daftar Pustaka dan sajian ringkas data dari penulis.
Teori Belajar Orang dewasa
Gagne membagi teori belajar dalam 3 famili :
a. conditioning
b. modelling
c. kognitif
Kingsley dan Garry membagi teori belajar dalam 2 bagian yaitu ;
a. teori stimulus-respon
b. teori medan
Taba membagi teori belajar menjadi 2 famili :
a. teori asosiasi atau behaviorisme
b. teori organismik, gestalt dan teori medan
Di dalam pembahasan akan difokuskan pada teori belajar orang dewasa. Ada aliran inkuiri yang merupakan landasan teori belajar dan mengajar orang dewasa yaitu : “scientific stream” dan “artistic atau intuitive/reflective stream”. Aliran “scientific stream” adalah menggali atau menemukan teori baru tentang belajar orang dewasa melalui penelitian dan eksperimen . Teori ini diperkenalkan oleh Edward L. Thorndike dengan pubilkasinya “ Adult Learning”, pada tahun 1928.
Pada aliran artistic, teori baru ditemukan melalui instuisi dan analisis pengalaman yang memberikan perhatian tentang bagaimana orang dewasa belajar. Aliran ini diperkenalkan oleh Edward C. Lindeman dalam penerbitannya “ The Meaning of Adult Education” pada tahun 1926 yang sangat dipengaruhi oleh filsafat pendidikan John Dewey.
Menurutnya sumber yang paling berguna dalam pendidikan orang dewasa adalah pengalaman peserta didik. Dari hasil penelitian, Linderman mengidentifikasi beberapa asumsi tentang pembelajar orang dewasa yang dijadikan fondasi teori belajar orang dewasa yaitu sebagai berikut :
1) pembelajar orang dewasa akan termotivasi untuk belajar karena kebutuhan dan minat dimana belajar akan memberikan kepuasan
2) orientasi pembelajar orang dewasa adalah berpusat pada kehidupan, sehingga unit-unit pembelajar sebaiknya adalah kehidupan nyata (penerapan) bukan subject matter.
3) Pengalaman adalah sumber terkaya bagi pembelajar orang dewasa, sehingga metode pembelajaran adalah analisa pengalaman (experiential learning).
4) Pembelajaran orang dewasa mempunyai kebutuhan yang mendalam untuk mengarahkan diri sendiri (self directed learning), sehingga peran guru sebagai instruktur.
5) Perbedaan diantara pembelajar orang dewasa semakin meningkat dengan bertambahnya usia, oleh karena itu pendidikan orang dewasa harus memberi pilihan dalam hal perbedaan gaya belajar, waktu, tempat dan kecepatan belajar.
Carl R Rogers (1951) mengajukan konsep pembelajaran yaitu “ Student-Centered Learning” yang intinya yaitu :
1) kita tidak bisa mengajar orang lain tetapi kita hanya bisa menfasilitasi belajarnya.
2) Seseorang akan belajar secarasignifikan hanya pada hal-hal yang dapat memperkuat/menumbuhkan “self”nya
3) Manusia tidak bisa belajar kalau berada dibawah tekanan
4) Pendidikan akan membelajarkan peserta didik secara signifkan bila tidak ada tekanan terhadap peserta didik, dan adanya perbedaan persepsi/pendapat difasilitasi/diakomodir
Peserta didik orang dewasa menurut konsep pendidikan adalah :
1) meraka yang berperilaku sebagai orang dewasa, yaitu orang yang melaksanakan peran sebagai orang dewasa
2) meraka yang mempunyai konsep diri sebagai orang dewasa
Andragogi mulai digunakan di Netherlands oleh professor T.T Ten have pada tahun 1954 dan pada tahun 1959 ia menerbitkan garis-garis besar “Science of Andragogy”
Model andragogi mempunyai konsep bahwa : kebutuhan untuk tahu (The need to know), konsep diri pembelajar ( the learner’s concept),peran pengalaman pembelajar (the role of the leaner’s experience), kesiapan belajar ( readiness to learn), orientasi belajar (orientation of learning) dan motivasi lebih banyak ditentukan dari dalam diri si pembelajar itu sendiri.
Didalam pembelajaran orang dewasa tidak sepenuhnya harus menggunakan model andragogi, tetapi bisa digabung model pedagogi. Jika pembelajarnya belum mengetahui atau sangat asing dengan materi yang disampaikan tentunya kita bisa menggunakan model pedagogi pada awal-awal pertemuan untuk mengkonstruksi pengalaman dengan pengetahuan yang baru didapatkan, selanjutnya bisa digunakan model andragogi sebagai penguatan dan pengembangan.
a. conditioning
b. modelling
c. kognitif
Kingsley dan Garry membagi teori belajar dalam 2 bagian yaitu ;
a. teori stimulus-respon
b. teori medan
Taba membagi teori belajar menjadi 2 famili :
a. teori asosiasi atau behaviorisme
b. teori organismik, gestalt dan teori medan
Di dalam pembahasan akan difokuskan pada teori belajar orang dewasa. Ada aliran inkuiri yang merupakan landasan teori belajar dan mengajar orang dewasa yaitu : “scientific stream” dan “artistic atau intuitive/reflective stream”. Aliran “scientific stream” adalah menggali atau menemukan teori baru tentang belajar orang dewasa melalui penelitian dan eksperimen . Teori ini diperkenalkan oleh Edward L. Thorndike dengan pubilkasinya “ Adult Learning”, pada tahun 1928.
Pada aliran artistic, teori baru ditemukan melalui instuisi dan analisis pengalaman yang memberikan perhatian tentang bagaimana orang dewasa belajar. Aliran ini diperkenalkan oleh Edward C. Lindeman dalam penerbitannya “ The Meaning of Adult Education” pada tahun 1926 yang sangat dipengaruhi oleh filsafat pendidikan John Dewey.
Menurutnya sumber yang paling berguna dalam pendidikan orang dewasa adalah pengalaman peserta didik. Dari hasil penelitian, Linderman mengidentifikasi beberapa asumsi tentang pembelajar orang dewasa yang dijadikan fondasi teori belajar orang dewasa yaitu sebagai berikut :
1) pembelajar orang dewasa akan termotivasi untuk belajar karena kebutuhan dan minat dimana belajar akan memberikan kepuasan
2) orientasi pembelajar orang dewasa adalah berpusat pada kehidupan, sehingga unit-unit pembelajar sebaiknya adalah kehidupan nyata (penerapan) bukan subject matter.
3) Pengalaman adalah sumber terkaya bagi pembelajar orang dewasa, sehingga metode pembelajaran adalah analisa pengalaman (experiential learning).
4) Pembelajaran orang dewasa mempunyai kebutuhan yang mendalam untuk mengarahkan diri sendiri (self directed learning), sehingga peran guru sebagai instruktur.
5) Perbedaan diantara pembelajar orang dewasa semakin meningkat dengan bertambahnya usia, oleh karena itu pendidikan orang dewasa harus memberi pilihan dalam hal perbedaan gaya belajar, waktu, tempat dan kecepatan belajar.
Carl R Rogers (1951) mengajukan konsep pembelajaran yaitu “ Student-Centered Learning” yang intinya yaitu :
1) kita tidak bisa mengajar orang lain tetapi kita hanya bisa menfasilitasi belajarnya.
2) Seseorang akan belajar secarasignifikan hanya pada hal-hal yang dapat memperkuat/menumbuhkan “self”nya
3) Manusia tidak bisa belajar kalau berada dibawah tekanan
4) Pendidikan akan membelajarkan peserta didik secara signifkan bila tidak ada tekanan terhadap peserta didik, dan adanya perbedaan persepsi/pendapat difasilitasi/diakomodir
Peserta didik orang dewasa menurut konsep pendidikan adalah :
1) meraka yang berperilaku sebagai orang dewasa, yaitu orang yang melaksanakan peran sebagai orang dewasa
2) meraka yang mempunyai konsep diri sebagai orang dewasa
Andragogi mulai digunakan di Netherlands oleh professor T.T Ten have pada tahun 1954 dan pada tahun 1959 ia menerbitkan garis-garis besar “Science of Andragogy”
Model andragogi mempunyai konsep bahwa : kebutuhan untuk tahu (The need to know), konsep diri pembelajar ( the learner’s concept),peran pengalaman pembelajar (the role of the leaner’s experience), kesiapan belajar ( readiness to learn), orientasi belajar (orientation of learning) dan motivasi lebih banyak ditentukan dari dalam diri si pembelajar itu sendiri.
Didalam pembelajaran orang dewasa tidak sepenuhnya harus menggunakan model andragogi, tetapi bisa digabung model pedagogi. Jika pembelajarnya belum mengetahui atau sangat asing dengan materi yang disampaikan tentunya kita bisa menggunakan model pedagogi pada awal-awal pertemuan untuk mengkonstruksi pengalaman dengan pengetahuan yang baru didapatkan, selanjutnya bisa digunakan model andragogi sebagai penguatan dan pengembangan.
Teori Belajar Orang dewasa
Gagne membagi teori belajar dalam 3 famili :
a. conditioning
b. modelling
c. kognitif
Kingsley dan Garry membagi teori belajar dalam 2 bagian yaitu ;
a. teori stimulus-respon
b. teori medan
Taba membagi teori belajar menjadi 2 famili :
a. teori asosiasi atau behaviorisme
b. teori organismik, gestalt dan teori medan
Di dalam pembahasan akan difokuskan pada teori belajar orang dewasa. Ada aliran inkuiri yang merupakan landasan teori belajar dan mengajar orang dewasa yaitu : “scientific stream” dan “artistic atau intuitive/reflective stream”. Aliran “scientific stream” adalah menggali atau menemukan teori baru tentang belajar orang dewasa melalui penelitian dan eksperimen . Teori ini diperkenalkan oleh Edward L. Thorndike dengan pubilkasinya “ Adult Learning”, pada tahun 1928.
Pada aliran artistic, teori baru ditemukan melalui instuisi dan analisis pengalaman yang memberikan perhatian tentang bagaimana orang dewasa belajar. Aliran ini diperkenalkan oleh Edward C. Lindeman dalam penerbitannya “ The Meaning of Adult Education” pada tahun 1926 yang sangat dipengaruhi oleh filsafat pendidikan John Dewey.
Menurutnya sumber yang paling berguna dalam pendidikan orang dewasa adalah pengalaman peserta didik. Dari hasil penelitian, Linderman mengidentifikasi beberapa asumsi tentang pembelajar orang dewasa yang dijadikan fondasi teori belajar orang dewasa yaitu sebagai berikut :
1) pembelajar orang dewasa akan termotivasi untuk belajar karena kebutuhan dan minat dimana belajar akan memberikan kepuasan
2) orientasi pembelajar orang dewasa adalah berpusat pada kehidupan, sehingga unit-unit pembelajar sebaiknya adalah kehidupan nyata (penerapan) bukan subject matter.
3) Pengalaman adalah sumber terkaya bagi pembelajar orang dewasa, sehingga metode pembelajaran adalah analisa pengalaman (experiential learning).
4) Pembelajaran orang dewasa mempunyai kebutuhan yang mendalam untuk mengarahkan diri sendiri (self directed learning), sehingga peran guru sebagai instruktur.
5) Perbedaan diantara pembelajar orang dewasa semakin meningkat dengan bertambahnya usia, oleh karena itu pendidikan orang dewasa harus memberi pilihan dalam hal perbedaan gaya belajar, waktu, tempat dan kecepatan belajar.
Carl R Rogers (1951) mengajukan konsep pembelajaran yaitu “ Student-Centered Learning” yang intinya yaitu :
1) kita tidak bisa mengajar orang lain tetapi kita hanya bisa menfasilitasi belajarnya.
2) Seseorang akan belajar secarasignifikan hanya pada hal-hal yang dapat memperkuat/menumbuhkan “self”nya
3) Manusia tidak bisa belajar kalau berada dibawah tekanan
4) Pendidikan akan membelajarkan peserta didik secara signifkan bila tidak ada tekanan terhadap peserta didik, dan adanya perbedaan persepsi/pendapat difasilitasi/diakomodir
Peserta didik orang dewasa menurut konsep pendidikan adalah :
1) meraka yang berperilaku sebagai orang dewasa, yaitu orang yang melaksanakan peran sebagai orang dewasa
2) meraka yang mempunyai konsep diri sebagai orang dewasa
Andragogi mulai digunakan di Netherlands oleh professor T.T Ten have pada tahun 1954 dan pada tahun 1959 ia menerbitkan garis-garis besar “Science of Andragogy”
Model andragogi mempunyai konsep bahwa : kebutuhan untuk tahu (The need to know), konsep diri pembelajar ( the learner’s concept),peran pengalaman pembelajar (the role of the leaner’s experience), kesiapan belajar ( readiness to learn), orientasi belajar (orientation of learning) dan motivasi lebih banyak ditentukan dari dalam diri si pembelajar itu sendiri.
Didalam pembelajaran orang dewasa tidak sepenuhnya harus menggunakan model andragogi, tetapi bisa digabung model pedagogi. Jika pembelajarnya belum mengetahui atau sangat asing dengan materi yang disampaikan tentunya kita bisa menggunakan model pedagogi pada awal-awal pertemuan untuk mengkonstruksi pengalaman dengan pengetahuan yang baru didapatkan, selanjutnya bisa digunakan model andragogi sebagai penguatan dan pengembangan.
a. conditioning
b. modelling
c. kognitif
Kingsley dan Garry membagi teori belajar dalam 2 bagian yaitu ;
a. teori stimulus-respon
b. teori medan
Taba membagi teori belajar menjadi 2 famili :
a. teori asosiasi atau behaviorisme
b. teori organismik, gestalt dan teori medan
Di dalam pembahasan akan difokuskan pada teori belajar orang dewasa. Ada aliran inkuiri yang merupakan landasan teori belajar dan mengajar orang dewasa yaitu : “scientific stream” dan “artistic atau intuitive/reflective stream”. Aliran “scientific stream” adalah menggali atau menemukan teori baru tentang belajar orang dewasa melalui penelitian dan eksperimen . Teori ini diperkenalkan oleh Edward L. Thorndike dengan pubilkasinya “ Adult Learning”, pada tahun 1928.
Pada aliran artistic, teori baru ditemukan melalui instuisi dan analisis pengalaman yang memberikan perhatian tentang bagaimana orang dewasa belajar. Aliran ini diperkenalkan oleh Edward C. Lindeman dalam penerbitannya “ The Meaning of Adult Education” pada tahun 1926 yang sangat dipengaruhi oleh filsafat pendidikan John Dewey.
Menurutnya sumber yang paling berguna dalam pendidikan orang dewasa adalah pengalaman peserta didik. Dari hasil penelitian, Linderman mengidentifikasi beberapa asumsi tentang pembelajar orang dewasa yang dijadikan fondasi teori belajar orang dewasa yaitu sebagai berikut :
1) pembelajar orang dewasa akan termotivasi untuk belajar karena kebutuhan dan minat dimana belajar akan memberikan kepuasan
2) orientasi pembelajar orang dewasa adalah berpusat pada kehidupan, sehingga unit-unit pembelajar sebaiknya adalah kehidupan nyata (penerapan) bukan subject matter.
3) Pengalaman adalah sumber terkaya bagi pembelajar orang dewasa, sehingga metode pembelajaran adalah analisa pengalaman (experiential learning).
4) Pembelajaran orang dewasa mempunyai kebutuhan yang mendalam untuk mengarahkan diri sendiri (self directed learning), sehingga peran guru sebagai instruktur.
5) Perbedaan diantara pembelajar orang dewasa semakin meningkat dengan bertambahnya usia, oleh karena itu pendidikan orang dewasa harus memberi pilihan dalam hal perbedaan gaya belajar, waktu, tempat dan kecepatan belajar.
Carl R Rogers (1951) mengajukan konsep pembelajaran yaitu “ Student-Centered Learning” yang intinya yaitu :
1) kita tidak bisa mengajar orang lain tetapi kita hanya bisa menfasilitasi belajarnya.
2) Seseorang akan belajar secarasignifikan hanya pada hal-hal yang dapat memperkuat/menumbuhkan “self”nya
3) Manusia tidak bisa belajar kalau berada dibawah tekanan
4) Pendidikan akan membelajarkan peserta didik secara signifkan bila tidak ada tekanan terhadap peserta didik, dan adanya perbedaan persepsi/pendapat difasilitasi/diakomodir
Peserta didik orang dewasa menurut konsep pendidikan adalah :
1) meraka yang berperilaku sebagai orang dewasa, yaitu orang yang melaksanakan peran sebagai orang dewasa
2) meraka yang mempunyai konsep diri sebagai orang dewasa
Andragogi mulai digunakan di Netherlands oleh professor T.T Ten have pada tahun 1954 dan pada tahun 1959 ia menerbitkan garis-garis besar “Science of Andragogy”
Model andragogi mempunyai konsep bahwa : kebutuhan untuk tahu (The need to know), konsep diri pembelajar ( the learner’s concept),peran pengalaman pembelajar (the role of the leaner’s experience), kesiapan belajar ( readiness to learn), orientasi belajar (orientation of learning) dan motivasi lebih banyak ditentukan dari dalam diri si pembelajar itu sendiri.
Didalam pembelajaran orang dewasa tidak sepenuhnya harus menggunakan model andragogi, tetapi bisa digabung model pedagogi. Jika pembelajarnya belum mengetahui atau sangat asing dengan materi yang disampaikan tentunya kita bisa menggunakan model pedagogi pada awal-awal pertemuan untuk mengkonstruksi pengalaman dengan pengetahuan yang baru didapatkan, selanjutnya bisa digunakan model andragogi sebagai penguatan dan pengembangan.
Teori Belajar
Beberapa teori belajar yang akan di bahas antara lain :
Teori belajar Skinner “Operant Conditioning”
Teori Belajar Conditining of Learning, Robert M. Gagne
Teori Belajar Perkekmembangan Kognitif Jean Piaget
Teori Belajar Sosial Albert Bandura
Teori Belajar Orang Dewasa
Teori Pembelajaran Orang Dewasa
a) Teori Operant Conditioning
Teori operant conditioning dimulai pada tahun 1930-an. Burhus Fredik Skinner selama periode teori stimulus (S)- Respons ( R) untuk menyempurnakan teorinya Ivan Pavlo yang disebut “Classical Conditioning”. Skinner setuju dengan konsepnya John Watson bahwa psikologi akan diterima sebagai sain (science) bila studi tingkah laku (behavior) tersebut dapat diukur, seperti ilmu fisika, teknik, dan sebagainya.
Menurut Skinner , belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang harus dapat diukur. Bila pembelajar (peserta didik) berhasil belajar, maka respon bertambah, tetapi bila tidak belajar banyaknya respon berkurang, sehingga secara formal hasil belajar harus bisa diamati dan diukur.
Hasil temuan skinner terdapat tiga komponen dalam belajar yaitu :
Discriminative stimulus (SD)
Response
Reinforcement (penguatan)
- penguatan positif
- penguatan negative
b) Teori Conditioning Of Learning, Robert M. Gagne
Teori ini ditemukan oleh Gagne yang didasarkan atas hasil riset tentang faktor-faktor yang kompleks pada proses belajar manusia. Penelitiannya diamksudkan untuk menemukan teori pembelajaran yang efektif. Analisanya dimulai dari identifikasi konsep hirarki belajar, yaitu urut-urutan kemampuan yang harus dikuasai oleh pembelajar (peserta didik) agar dapat mempelajari hal-hal yang lebih sulit atau lebih kompleks.
Menurut Gagne belajar memberi kontribusi terhadap adaptasi yang diperlukan untuk mengembangkan proses yang logis, sehingga perkembangan tingkah laku (behavior) adalah hasil dari efek belajar yang komulatif (gagne, 1968). Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa belajar itu bukan proses tunggal. Belajar menurut Gagne tidak dapat didefinisikan dengan mudah, karena belajar bersifat kompleks.
Gagne (1972) mendefinisikan belajar adalah : mekanisme dimana seseorang menjadi anggota masyarakat yang berfungsi secara kompleks. Kompetensi itu meliputi, skill, pengetahuan, attitude (perilaku), dan nilai-nilai yang diperlukan oleh manusia, sehingga belajar adalah hasil dalam berbagai macam tingkah laku yang selanjutnya disebut kapasitas atau outcome. Kemampuan-kemampuan tersebut diperoleh pembelajar (peserta didik) dari :
1. Stimulus dan lingkungan
2. proses kognitif
Menurut Gagne belajar dapat dikategorikan sebagai berikut :
1) Verbal information (informasi verbal)
2) Intellectual Skill (skil Intelektual)
3) Attitude (perilaku)
4) Cognitive strategi (strategi kognitif)
Belajar informasi verbal merupakan kemampuan yang dinyatakan , seperti membuat label, menyusun fakta-fakta, dan menjelaskan. Kemampuan / unjuk kerja dari hasil belajar, seperti membuat pernyataan, penyusunan frase, atau melaporkan informasi.
Kemampuan skil intelektual adalah kemampuan pembelajar yang dapat menunjukkan kompetensinya sebagai anggota masyarakat seperti; menganalisa berita-berita. Membuat keseimbangan keuangan, menggunakan bahasa untuk mengungkapkan konsep, menggunakan rumus-rumus matematika. Dengan kata lain ia tahu “ Knowing how”
Attitude (perilaku) merupakan kemampuan yang mempengaruhi pilihan pembelajar (peserta didik) untuk melakukan suatu tindakan. Belajar mealui model ini diperoleh melalui pemodelan atau orang yang ditokohkan, atau orang yang diidolakan.
Strategi kognitif adalah kemampuan yang mengontrol manajemen belajar si pembelajar mengingat dan berpikir. Cara yang terbaik untuk mengembangkan kemampuan tersebut adalah dengan melatih pembelajar memecahkan masalah, penelitian dan menerapkan teori-teori untuk memecahkan masalah ril dilapangan. Melalui pendidikan formal diharapkan pembelajar menjadi “self learner” dan “independent tinker”.
c) Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget (Cognitive Development Theory)
Menurut Piaget pengetahuan (knowledge) adalah interksi yangterus menerus antara individu dengan lingkungan.
Fokus perkembangan kognitif Piaget adalah perkembangan secara alami fikiran pembelajar mulai anak-anak sampai dewasa. Konsepsi perkembangan kognitif Piaget, duturunkan dari analisa perkembangan biologi organisme tertentu. Menurut Piaget, intelegen (IQ=kecerdasan) adalah seperti system kehidupan lainnya, yaitu proses adaptasi.
Menurut Piaget ada tiga perbedaan cara berfikir yang merupakan prasyarat perkekmbangan operasi formal, yaitu; gerakan bayi, semilogika, praoprasional pikiran anak-anak, dan operasi nyata anak-anak dewas.
Ada empat faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif yaitu :
1) lingkungan fisik
2) kematangan
3) pengaruh sosial
4) proses pengendalian diri (equilibration)
(Piaget, 1977)
Tahap perkembangan kognitif :
1) Periode Sensori motor (sejak lahir – 1,5 – 2 tahun)
2) Periode Pra Operasional (2-3 tahun sampai 7-8 tahun)
3) Periode operasi yang nyata (7-8 tahun sampai 12-14 tahun)
4) Periode operasi formal
Kunci dari keberhasilan pembelajaran adalah instruktur/guru/dosen/guru harus memfasilitasi agar pembelajar dapat mengembangkan berpikir logis.
d) Teori Berpikir Sosial (social Learning Theory)
Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura seorang psikolog pendidikan dari Stanford University, USA. Teori belajar ini dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana orang belajar dalam seting yang alami/lingkungan sebenarnya.
Bandura (1977) menghipotesiskan bahwa baik tingkah laku (B), lingkungan (E) dan kejadian-kejadian internal pada pembelajar yang mempengaruhi persepsi dan aksi (P) adalah merupakan hubungan yang saling berpengaruh (interlocking),
Harapan dan nilai mempengaruhi tingkah laku
Tingkah laku sering dievaluasi, bebas dari umpan balik lingkungan sehingga mengubah kesan-kesan personal
Tingkah laku mengaktifkan kontingensi lingkungan
Karakteristik fisik seperti ukuran, ukuran jenis kelamin dan atribut sosial menumbuhkan reaksi lingkungan yang berbeda.
Pengakuan sosial yang berbeda mempengaruhi konsepsi diri individu.
Kontingensi yang aktif dapat merubah intensitas atau arah aktivitas.
P
B
E
Tingkah laku dihadirkan oleh model
Model diperhatikan oleh pelajar (ada penguatan oleh model)
Tingkah laku (kemampuan dikode dan disimpan oleh pembelajar)
Pemrosesan kode-kode simbolik
Skema hubungan segitiga antara lingkungan, faktor-faktor personal dan tingkah laku, (Bandura, 1976).
Skema
Proses Kognitif Pembelajar
Pembelajar mampu menunjukkan kompetensi/tingkah laku
Performance/unjuk kerja
Motivasi pembelajar mengolah tingkah laku
Proses perhatian sangat penting dalam pembelajaran karena tingkah laku yang baru (kompetensi) tidak akan diperoleh tanpa adanya perhatian pembelajar. Proses retensi sangat penting agar pengkodean simbolik tingkah laku ke dalam visual atau kode verbal dan penyimpanan dalam memori dapat berjalan dengan baik. Dalam hal ini rehearsal (ulangan ) memegang peranan penting.
Proses motivasi yang penting adalah penguatan dari luar, penguatan dari dirinya sendiri dan Vicarius Reinforcement (penguatan karena imajinasi).
Lebih lanjut menurut Bandura (1982) penguasaan skill dan pengetahuan yang kompleks tidak hanya bergantung pada proses perhatian, retensi, motor reproduksi dan motivasi, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur yang berasal dari diri pembelajar sendiri yakni “sense of self Efficacy” dan “self – regulatory system”. Sense of self efficacy adalah keyakinan pembelajar bahwa ia dapat menguasai pengetahuan dan keterampilan sesuai standar yang berlaku.
Self regulatory adalah menunjuk kepada 1) struktur kognitif yang memberi referensi tingkah laku dan hasil belajar, 2) sub proses kognitif yang merasakan, mengevaluasi, dan pengatur tingkah laku kita (Bandura, 1978). Dalam pembelajaran sel-regulatory akan menentukan “goal setting” dan “self evaluation” pembelajar dan merupakan dorongan untuk meraih prestasi belajar yang tinggi dan sebaliknya.
Menurut Bandura agar pembelajar sukses instruktur/guru/dosen/guru harus dapat menghadirkan model yang mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pembelajar, mengembangkan “self of mastery”, self efficacy, dan reinforcement bagi pembelajar.
Berikut Bandura mengajukan usulan untuk mengembangkan strategi proses pembelajaran yaitu sebagi berikut :
No
Strategi Proses
1
Analisis tingkah laku yang akan dijadikan model yang terdiri :
a. Apakah karekter dari tingkah laku yang akan dijadikan model itu berupa konsep, motor skil atau efektif?
b. Bagaimanakah urutan atau sekuen dari tingkah laku tersebut?
c. Dimanakah letak hal-hal yang penting (key point) dalam sekuen tersebut?
2
Tetapkan fungsi nilai dari tingkah laku dan pilihlah tingkah laku tersebut sebagai model.
a. Apakah tingkah laku (kemampuan yang dipelajari) merupakan hal yang penting dalam kehidupan dimasa datang? (success prediction)
b. Bila tingkah laku yang dipelajari kurang memberi manfaat (tidk begitu penting) model manakah yang lebih penting?
c. Apakah model harus hidup atau simbol?
Pertimbangan soal biaya, pengulangan demonstrasi dan kesempatan untuk menunjukkan fungsi nilai dan tingkah laku.
d. Apakah reinforcement yang akan didapat melalui model yang dipilih?
3
Pengembangan sekuen instruksional
a. Untuk mengajar motor skill, bagaimana caramengerjakan pekerjaan/kemampuan yang dipelajari :how to do this” dan bukannya “not this”.
Langkah-langkah manakah menurut sekuen yang harus dipresentasikan secara perlahan-lahan
4
Implementasi pengajaran untuk menunut proses kognitif dan motor reproduksi.
a. motor skill
1) hadirkan model
2) beri kesempatan kepada tiap-tiap pembelajar untuk latihan secarasimbolik
3) beri kesempatan kepada pembelajar untuk latihan dengan umpan balik visual
b. proses kognitif
1) Tampilkan model, baik yang didukung oleh kode-kode verbal atau petunjuk untuk mencari konsistensi pada berbagai contoh
2) Beri kesempatan kepada pembelajar untuk membuat ihtisar atau summary
3) Jika yang dipelajari adalah pemecahan masalah atau strategi penerapan beri kesempatan pembelajar untuk berpartisipasi secaraaktif
4) Beri kesempatan pembelajar untuk membuat generalisasi ke berbagai siatuasi.
Dari uraian tentang teori belajar sosial, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Belajar merupakan interaksi segitiga yang saling berpengaruh dan mengikat antara lingkungan, faktor-faktor personal dan tingkah laku yang meliputi proses-proses kognitif belajar.
2. komponen-komponen belajar terdiri dari tingkah laku, konsekuensi-konsekuensi terhadap model dan proses-proses kognitif pembelajar.
3. hasil belajar berupa kode-kode visual dan verbal yang mungkin dapat dimunculkan kembali atau tidak (retrievel).
4. dalam perencanaan pembelajaran skill yang kompleks, disamping pembelajaran-pembelajaran komponen-komponen skill itu sendiri, perlu ditumbuhkan “sense of efficacy” dan self regulatory” pembelajar.
5. dalam proses pembelajaran, pembelajar sebaiknya diberi kesempatan yang cukup untuk latihan secara mental sebelum latihan fisik, dan “reinforcement” dan hindari punishment yang tidak perlu.
Ahli lain yaitu Bloom dkk, menjelaskan domain tujuan pendidikan ada tiga ranah yaitu : 1) kognitif, yang berhubungan dengan ingatan, pengetahuan, dan perkembangan kemampuan dan skill intelektual, 2) afektif yang menjelaskan tentang perubahan dalam minat, perilaku (attitudes), nilai-nilai dan perkembangan dalam apresiasi dan penyesuaian , dan 3) psikomotor.
2. Teori Belajar Orang dewasa
Gagne membagi teori belajar dalam 3 famili :
a. conditioning
b. modelling
c. kognitif
Kingsley dan Garry membagi teori belajar dalam 2 bagian yaitu ;
a. teori stimulus-respon
b. teori medan
Taba membagi teori belajar menjadi 2 famili :
a. teori asosiasi atau behaviorisme
b. teori organismik, gestalt dan teori medan
Di dalam pembahasan akan difokuskan pada teori belajar orang dewasa. Ada aliran inkuiri yang merupakan landasan teori belajar dan mengajar orang dewasa yaitu : “scientific stream” dan “artistic atau intuitive/reflective stream”. Aliran “scientific stream” adalah menggali atau menemukan teori baru tentang belajar orang dewasa melalui penelitian dan eksperimen . Teori ini diperkenalkan oleh Edward L. Thorndike dengan pubilkasinya “ Adult Learning”, pada tahun 1928.
Pada aliran artistic, teori baru ditemukan melalui instuisi dan analisis pengalaman yang memberikan perhatian tentang bagaimana orang dewasa belajar. Aliran ini diperkenalkan oleh Edward C. Lindeman dalam penerbitannya “ The Meaning of Adult Education” pada tahun 1926 yang sangat dipengaruhi oleh filsafat pendidikan John Dewey.
Menurutnya sumber yang paling berguna dalam pendidikan orang dewasa adalah pengalaman peserta didik. Dari hasil penelitian, Linderman mengidentifikasi beberapa asumsi tentang pembelajar orang dewasa yang dijadikan fondasi teori belajar orang dewasa yaitu sebagai berikut :
1) pembelajar orang dewasa akan termotivasi untuk belajar karena kebutuhan dan minat dimana belajar akan memberikan kepuasan
2) orientasi pembelajar orang dewasa adalah berpusat pada kehidupan, sehingga unit-unit pembelajar sebaiknya adalah kehidupan nyata (penerapan) bukan subject matter.
3) Pengalaman adalah sumber terkaya bagi pembelajar orang dewasa, sehingga metode pembelajaran adalah analisa pengalaman (experiential learning).
4) Pembelajaran orang dewasa mempunyai kebutuhan yang mendalam untuk mengarahkan diri sendiri (self directed learning), sehingga peran guru sebagai instruktur.
5) Perbedaan diantara pembelajar orang dewasa semakin meningkat dengan bertambahnya usia, oleh karena itu pendidikan orang dewasa harus memberi pilihan dalam hal perbedaan gaya belajar, waktu, tempat dan kecepatan belajar.
Carl R Rogers (1951) mengajukan konsep pembelajaran yaitu “ Student-Centered Learning” yang intinya yaitu :
1) kita tidak bisa mengajar orang lain tetapi kita hanya bisa menfasilitasi belajarnya.
2) Seseorang akan belajar secarasignifikan hanya pada hal-hal yang dapat memperkuat/menumbuhkan “self”nya
3) Manusia tidak bisa belajar kalau berada dibawah tekanan
4) Pendidikan akan membelajarkan peserta didik secara signifkan bila tidak ada tekanan terhadap peserta didik, dan adanya perbedaan persepsi/pendapat difasilitasi/diakomodir
Peserta didik orang dewasa menurut konsep pendidikan adalah :
1) meraka yang berperilaku sebagai orang dewasa, yaitu orang yang melaksanakan peran sebagai orang dewasa
2) meraka yang mempunyai konsep diri sebagai orang dewasa
Andragogi mulai digunakan di Netherlands oleh professor T.T Ten have pada tahun 1954 dan pada tahun 1959 ia menerbitkan garis-garis besar “Science of Andragogy”
Model andragogi mempunyai konsep bahwa : kebutuhan untuk tahu (The need to know), konsep diri pembelajar ( the learner’s concept),peran pengalaman pembelajar (the role of the leaner’s experience), kesiapan belajar ( readiness to learn), orientasi belajar (orientation of learning) dan motivasi lebih banyak ditentukan dari dalam diri si pembelajar itu sendiri.
Didalam pembelajaran orang dewasa tidak sepenuhnya harus menggunakan model andragogi, tetapi bisa digabung model pedagogi. Jika pembelajarnya belum mengetahui atau sangat asing dengan materi yang disampaikan tentunya kita bisa menggunakan model pedagogi pada awal-awal pertemuan untuk mengkonstruksi pengalaman dengan pengetahuan yang baru didapatkan, selanjutnya bisa digunakan model andragogi sebagai penguatan dan pengembangan.
Teori belajar Skinner “Operant Conditioning”
Teori Belajar Conditining of Learning, Robert M. Gagne
Teori Belajar Perkekmembangan Kognitif Jean Piaget
Teori Belajar Sosial Albert Bandura
Teori Belajar Orang Dewasa
Teori Pembelajaran Orang Dewasa
a) Teori Operant Conditioning
Teori operant conditioning dimulai pada tahun 1930-an. Burhus Fredik Skinner selama periode teori stimulus (S)- Respons ( R) untuk menyempurnakan teorinya Ivan Pavlo yang disebut “Classical Conditioning”. Skinner setuju dengan konsepnya John Watson bahwa psikologi akan diterima sebagai sain (science) bila studi tingkah laku (behavior) tersebut dapat diukur, seperti ilmu fisika, teknik, dan sebagainya.
Menurut Skinner , belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang harus dapat diukur. Bila pembelajar (peserta didik) berhasil belajar, maka respon bertambah, tetapi bila tidak belajar banyaknya respon berkurang, sehingga secara formal hasil belajar harus bisa diamati dan diukur.
Hasil temuan skinner terdapat tiga komponen dalam belajar yaitu :
Discriminative stimulus (SD)
Response
Reinforcement (penguatan)
- penguatan positif
- penguatan negative
b) Teori Conditioning Of Learning, Robert M. Gagne
Teori ini ditemukan oleh Gagne yang didasarkan atas hasil riset tentang faktor-faktor yang kompleks pada proses belajar manusia. Penelitiannya diamksudkan untuk menemukan teori pembelajaran yang efektif. Analisanya dimulai dari identifikasi konsep hirarki belajar, yaitu urut-urutan kemampuan yang harus dikuasai oleh pembelajar (peserta didik) agar dapat mempelajari hal-hal yang lebih sulit atau lebih kompleks.
Menurut Gagne belajar memberi kontribusi terhadap adaptasi yang diperlukan untuk mengembangkan proses yang logis, sehingga perkembangan tingkah laku (behavior) adalah hasil dari efek belajar yang komulatif (gagne, 1968). Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa belajar itu bukan proses tunggal. Belajar menurut Gagne tidak dapat didefinisikan dengan mudah, karena belajar bersifat kompleks.
Gagne (1972) mendefinisikan belajar adalah : mekanisme dimana seseorang menjadi anggota masyarakat yang berfungsi secara kompleks. Kompetensi itu meliputi, skill, pengetahuan, attitude (perilaku), dan nilai-nilai yang diperlukan oleh manusia, sehingga belajar adalah hasil dalam berbagai macam tingkah laku yang selanjutnya disebut kapasitas atau outcome. Kemampuan-kemampuan tersebut diperoleh pembelajar (peserta didik) dari :
1. Stimulus dan lingkungan
2. proses kognitif
Menurut Gagne belajar dapat dikategorikan sebagai berikut :
1) Verbal information (informasi verbal)
2) Intellectual Skill (skil Intelektual)
3) Attitude (perilaku)
4) Cognitive strategi (strategi kognitif)
Belajar informasi verbal merupakan kemampuan yang dinyatakan , seperti membuat label, menyusun fakta-fakta, dan menjelaskan. Kemampuan / unjuk kerja dari hasil belajar, seperti membuat pernyataan, penyusunan frase, atau melaporkan informasi.
Kemampuan skil intelektual adalah kemampuan pembelajar yang dapat menunjukkan kompetensinya sebagai anggota masyarakat seperti; menganalisa berita-berita. Membuat keseimbangan keuangan, menggunakan bahasa untuk mengungkapkan konsep, menggunakan rumus-rumus matematika. Dengan kata lain ia tahu “ Knowing how”
Attitude (perilaku) merupakan kemampuan yang mempengaruhi pilihan pembelajar (peserta didik) untuk melakukan suatu tindakan. Belajar mealui model ini diperoleh melalui pemodelan atau orang yang ditokohkan, atau orang yang diidolakan.
Strategi kognitif adalah kemampuan yang mengontrol manajemen belajar si pembelajar mengingat dan berpikir. Cara yang terbaik untuk mengembangkan kemampuan tersebut adalah dengan melatih pembelajar memecahkan masalah, penelitian dan menerapkan teori-teori untuk memecahkan masalah ril dilapangan. Melalui pendidikan formal diharapkan pembelajar menjadi “self learner” dan “independent tinker”.
c) Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget (Cognitive Development Theory)
Menurut Piaget pengetahuan (knowledge) adalah interksi yangterus menerus antara individu dengan lingkungan.
Fokus perkembangan kognitif Piaget adalah perkembangan secara alami fikiran pembelajar mulai anak-anak sampai dewasa. Konsepsi perkembangan kognitif Piaget, duturunkan dari analisa perkembangan biologi organisme tertentu. Menurut Piaget, intelegen (IQ=kecerdasan) adalah seperti system kehidupan lainnya, yaitu proses adaptasi.
Menurut Piaget ada tiga perbedaan cara berfikir yang merupakan prasyarat perkekmbangan operasi formal, yaitu; gerakan bayi, semilogika, praoprasional pikiran anak-anak, dan operasi nyata anak-anak dewas.
Ada empat faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif yaitu :
1) lingkungan fisik
2) kematangan
3) pengaruh sosial
4) proses pengendalian diri (equilibration)
(Piaget, 1977)
Tahap perkembangan kognitif :
1) Periode Sensori motor (sejak lahir – 1,5 – 2 tahun)
2) Periode Pra Operasional (2-3 tahun sampai 7-8 tahun)
3) Periode operasi yang nyata (7-8 tahun sampai 12-14 tahun)
4) Periode operasi formal
Kunci dari keberhasilan pembelajaran adalah instruktur/guru/dosen/guru harus memfasilitasi agar pembelajar dapat mengembangkan berpikir logis.
d) Teori Berpikir Sosial (social Learning Theory)
Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura seorang psikolog pendidikan dari Stanford University, USA. Teori belajar ini dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana orang belajar dalam seting yang alami/lingkungan sebenarnya.
Bandura (1977) menghipotesiskan bahwa baik tingkah laku (B), lingkungan (E) dan kejadian-kejadian internal pada pembelajar yang mempengaruhi persepsi dan aksi (P) adalah merupakan hubungan yang saling berpengaruh (interlocking),
Harapan dan nilai mempengaruhi tingkah laku
Tingkah laku sering dievaluasi, bebas dari umpan balik lingkungan sehingga mengubah kesan-kesan personal
Tingkah laku mengaktifkan kontingensi lingkungan
Karakteristik fisik seperti ukuran, ukuran jenis kelamin dan atribut sosial menumbuhkan reaksi lingkungan yang berbeda.
Pengakuan sosial yang berbeda mempengaruhi konsepsi diri individu.
Kontingensi yang aktif dapat merubah intensitas atau arah aktivitas.
P
B
E
Tingkah laku dihadirkan oleh model
Model diperhatikan oleh pelajar (ada penguatan oleh model)
Tingkah laku (kemampuan dikode dan disimpan oleh pembelajar)
Pemrosesan kode-kode simbolik
Skema hubungan segitiga antara lingkungan, faktor-faktor personal dan tingkah laku, (Bandura, 1976).
Skema
Proses Kognitif Pembelajar
Pembelajar mampu menunjukkan kompetensi/tingkah laku
Performance/unjuk kerja
Motivasi pembelajar mengolah tingkah laku
Proses perhatian sangat penting dalam pembelajaran karena tingkah laku yang baru (kompetensi) tidak akan diperoleh tanpa adanya perhatian pembelajar. Proses retensi sangat penting agar pengkodean simbolik tingkah laku ke dalam visual atau kode verbal dan penyimpanan dalam memori dapat berjalan dengan baik. Dalam hal ini rehearsal (ulangan ) memegang peranan penting.
Proses motivasi yang penting adalah penguatan dari luar, penguatan dari dirinya sendiri dan Vicarius Reinforcement (penguatan karena imajinasi).
Lebih lanjut menurut Bandura (1982) penguasaan skill dan pengetahuan yang kompleks tidak hanya bergantung pada proses perhatian, retensi, motor reproduksi dan motivasi, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur yang berasal dari diri pembelajar sendiri yakni “sense of self Efficacy” dan “self – regulatory system”. Sense of self efficacy adalah keyakinan pembelajar bahwa ia dapat menguasai pengetahuan dan keterampilan sesuai standar yang berlaku.
Self regulatory adalah menunjuk kepada 1) struktur kognitif yang memberi referensi tingkah laku dan hasil belajar, 2) sub proses kognitif yang merasakan, mengevaluasi, dan pengatur tingkah laku kita (Bandura, 1978). Dalam pembelajaran sel-regulatory akan menentukan “goal setting” dan “self evaluation” pembelajar dan merupakan dorongan untuk meraih prestasi belajar yang tinggi dan sebaliknya.
Menurut Bandura agar pembelajar sukses instruktur/guru/dosen/guru harus dapat menghadirkan model yang mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pembelajar, mengembangkan “self of mastery”, self efficacy, dan reinforcement bagi pembelajar.
Berikut Bandura mengajukan usulan untuk mengembangkan strategi proses pembelajaran yaitu sebagi berikut :
No
Strategi Proses
1
Analisis tingkah laku yang akan dijadikan model yang terdiri :
a. Apakah karekter dari tingkah laku yang akan dijadikan model itu berupa konsep, motor skil atau efektif?
b. Bagaimanakah urutan atau sekuen dari tingkah laku tersebut?
c. Dimanakah letak hal-hal yang penting (key point) dalam sekuen tersebut?
2
Tetapkan fungsi nilai dari tingkah laku dan pilihlah tingkah laku tersebut sebagai model.
a. Apakah tingkah laku (kemampuan yang dipelajari) merupakan hal yang penting dalam kehidupan dimasa datang? (success prediction)
b. Bila tingkah laku yang dipelajari kurang memberi manfaat (tidk begitu penting) model manakah yang lebih penting?
c. Apakah model harus hidup atau simbol?
Pertimbangan soal biaya, pengulangan demonstrasi dan kesempatan untuk menunjukkan fungsi nilai dan tingkah laku.
d. Apakah reinforcement yang akan didapat melalui model yang dipilih?
3
Pengembangan sekuen instruksional
a. Untuk mengajar motor skill, bagaimana caramengerjakan pekerjaan/kemampuan yang dipelajari :how to do this” dan bukannya “not this”.
Langkah-langkah manakah menurut sekuen yang harus dipresentasikan secara perlahan-lahan
4
Implementasi pengajaran untuk menunut proses kognitif dan motor reproduksi.
a. motor skill
1) hadirkan model
2) beri kesempatan kepada tiap-tiap pembelajar untuk latihan secarasimbolik
3) beri kesempatan kepada pembelajar untuk latihan dengan umpan balik visual
b. proses kognitif
1) Tampilkan model, baik yang didukung oleh kode-kode verbal atau petunjuk untuk mencari konsistensi pada berbagai contoh
2) Beri kesempatan kepada pembelajar untuk membuat ihtisar atau summary
3) Jika yang dipelajari adalah pemecahan masalah atau strategi penerapan beri kesempatan pembelajar untuk berpartisipasi secaraaktif
4) Beri kesempatan pembelajar untuk membuat generalisasi ke berbagai siatuasi.
Dari uraian tentang teori belajar sosial, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Belajar merupakan interaksi segitiga yang saling berpengaruh dan mengikat antara lingkungan, faktor-faktor personal dan tingkah laku yang meliputi proses-proses kognitif belajar.
2. komponen-komponen belajar terdiri dari tingkah laku, konsekuensi-konsekuensi terhadap model dan proses-proses kognitif pembelajar.
3. hasil belajar berupa kode-kode visual dan verbal yang mungkin dapat dimunculkan kembali atau tidak (retrievel).
4. dalam perencanaan pembelajaran skill yang kompleks, disamping pembelajaran-pembelajaran komponen-komponen skill itu sendiri, perlu ditumbuhkan “sense of efficacy” dan self regulatory” pembelajar.
5. dalam proses pembelajaran, pembelajar sebaiknya diberi kesempatan yang cukup untuk latihan secara mental sebelum latihan fisik, dan “reinforcement” dan hindari punishment yang tidak perlu.
Ahli lain yaitu Bloom dkk, menjelaskan domain tujuan pendidikan ada tiga ranah yaitu : 1) kognitif, yang berhubungan dengan ingatan, pengetahuan, dan perkembangan kemampuan dan skill intelektual, 2) afektif yang menjelaskan tentang perubahan dalam minat, perilaku (attitudes), nilai-nilai dan perkembangan dalam apresiasi dan penyesuaian , dan 3) psikomotor.
2. Teori Belajar Orang dewasa
Gagne membagi teori belajar dalam 3 famili :
a. conditioning
b. modelling
c. kognitif
Kingsley dan Garry membagi teori belajar dalam 2 bagian yaitu ;
a. teori stimulus-respon
b. teori medan
Taba membagi teori belajar menjadi 2 famili :
a. teori asosiasi atau behaviorisme
b. teori organismik, gestalt dan teori medan
Di dalam pembahasan akan difokuskan pada teori belajar orang dewasa. Ada aliran inkuiri yang merupakan landasan teori belajar dan mengajar orang dewasa yaitu : “scientific stream” dan “artistic atau intuitive/reflective stream”. Aliran “scientific stream” adalah menggali atau menemukan teori baru tentang belajar orang dewasa melalui penelitian dan eksperimen . Teori ini diperkenalkan oleh Edward L. Thorndike dengan pubilkasinya “ Adult Learning”, pada tahun 1928.
Pada aliran artistic, teori baru ditemukan melalui instuisi dan analisis pengalaman yang memberikan perhatian tentang bagaimana orang dewasa belajar. Aliran ini diperkenalkan oleh Edward C. Lindeman dalam penerbitannya “ The Meaning of Adult Education” pada tahun 1926 yang sangat dipengaruhi oleh filsafat pendidikan John Dewey.
Menurutnya sumber yang paling berguna dalam pendidikan orang dewasa adalah pengalaman peserta didik. Dari hasil penelitian, Linderman mengidentifikasi beberapa asumsi tentang pembelajar orang dewasa yang dijadikan fondasi teori belajar orang dewasa yaitu sebagai berikut :
1) pembelajar orang dewasa akan termotivasi untuk belajar karena kebutuhan dan minat dimana belajar akan memberikan kepuasan
2) orientasi pembelajar orang dewasa adalah berpusat pada kehidupan, sehingga unit-unit pembelajar sebaiknya adalah kehidupan nyata (penerapan) bukan subject matter.
3) Pengalaman adalah sumber terkaya bagi pembelajar orang dewasa, sehingga metode pembelajaran adalah analisa pengalaman (experiential learning).
4) Pembelajaran orang dewasa mempunyai kebutuhan yang mendalam untuk mengarahkan diri sendiri (self directed learning), sehingga peran guru sebagai instruktur.
5) Perbedaan diantara pembelajar orang dewasa semakin meningkat dengan bertambahnya usia, oleh karena itu pendidikan orang dewasa harus memberi pilihan dalam hal perbedaan gaya belajar, waktu, tempat dan kecepatan belajar.
Carl R Rogers (1951) mengajukan konsep pembelajaran yaitu “ Student-Centered Learning” yang intinya yaitu :
1) kita tidak bisa mengajar orang lain tetapi kita hanya bisa menfasilitasi belajarnya.
2) Seseorang akan belajar secarasignifikan hanya pada hal-hal yang dapat memperkuat/menumbuhkan “self”nya
3) Manusia tidak bisa belajar kalau berada dibawah tekanan
4) Pendidikan akan membelajarkan peserta didik secara signifkan bila tidak ada tekanan terhadap peserta didik, dan adanya perbedaan persepsi/pendapat difasilitasi/diakomodir
Peserta didik orang dewasa menurut konsep pendidikan adalah :
1) meraka yang berperilaku sebagai orang dewasa, yaitu orang yang melaksanakan peran sebagai orang dewasa
2) meraka yang mempunyai konsep diri sebagai orang dewasa
Andragogi mulai digunakan di Netherlands oleh professor T.T Ten have pada tahun 1954 dan pada tahun 1959 ia menerbitkan garis-garis besar “Science of Andragogy”
Model andragogi mempunyai konsep bahwa : kebutuhan untuk tahu (The need to know), konsep diri pembelajar ( the learner’s concept),peran pengalaman pembelajar (the role of the leaner’s experience), kesiapan belajar ( readiness to learn), orientasi belajar (orientation of learning) dan motivasi lebih banyak ditentukan dari dalam diri si pembelajar itu sendiri.
Didalam pembelajaran orang dewasa tidak sepenuhnya harus menggunakan model andragogi, tetapi bisa digabung model pedagogi. Jika pembelajarnya belum mengetahui atau sangat asing dengan materi yang disampaikan tentunya kita bisa menggunakan model pedagogi pada awal-awal pertemuan untuk mengkonstruksi pengalaman dengan pengetahuan yang baru didapatkan, selanjutnya bisa digunakan model andragogi sebagai penguatan dan pengembangan.
Teori Belajar
Beberapa teori belajar yang akan di bahas antara lain :
Teori belajar Skinner “Operant Conditioning”
Teori Belajar Conditining of Learning, Robert M. Gagne
Teori Belajar Perkekmembangan Kognitif Jean Piaget
Teori Belajar Sosial Albert Bandura
Teori Belajar Orang Dewasa
Teori Pembelajaran Orang Dewasa
a) Teori Operant Conditioning
Teori operant conditioning dimulai pada tahun 1930-an. Burhus Fredik Skinner selama periode teori stimulus (S)- Respons ( R) untuk menyempurnakan teorinya Ivan Pavlo yang disebut “Classical Conditioning”. Skinner setuju dengan konsepnya John Watson bahwa psikologi akan diterima sebagai sain (science) bila studi tingkah laku (behavior) tersebut dapat diukur, seperti ilmu fisika, teknik, dan sebagainya.
Menurut Skinner , belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang harus dapat diukur. Bila pembelajar (peserta didik) berhasil belajar, maka respon bertambah, tetapi bila tidak belajar banyaknya respon berkurang, sehingga secara formal hasil belajar harus bisa diamati dan diukur.
Hasil temuan skinner terdapat tiga komponen dalam belajar yaitu :
Discriminative stimulus (SD)
Response
Reinforcement (penguatan)
- penguatan positif
- penguatan negative
b) Teori Conditioning Of Learning, Robert M. Gagne
Teori ini ditemukan oleh Gagne yang didasarkan atas hasil riset tentang faktor-faktor yang kompleks pada proses belajar manusia. Penelitiannya diamksudkan untuk menemukan teori pembelajaran yang efektif. Analisanya dimulai dari identifikasi konsep hirarki belajar, yaitu urut-urutan kemampuan yang harus dikuasai oleh pembelajar (peserta didik) agar dapat mempelajari hal-hal yang lebih sulit atau lebih kompleks.
Menurut Gagne belajar memberi kontribusi terhadap adaptasi yang diperlukan untuk mengembangkan proses yang logis, sehingga perkembangan tingkah laku (behavior) adalah hasil dari efek belajar yang komulatif (gagne, 1968). Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa belajar itu bukan proses tunggal. Belajar menurut Gagne tidak dapat didefinisikan dengan mudah, karena belajar bersifat kompleks.
Gagne (1972) mendefinisikan belajar adalah : mekanisme dimana seseorang menjadi anggota masyarakat yang berfungsi secara kompleks. Kompetensi itu meliputi, skill, pengetahuan, attitude (perilaku), dan nilai-nilai yang diperlukan oleh manusia, sehingga belajar adalah hasil dalam berbagai macam tingkah laku yang selanjutnya disebut kapasitas atau outcome. Kemampuan-kemampuan tersebut diperoleh pembelajar (peserta didik) dari :
1. Stimulus dan lingkungan
2. proses kognitif
Menurut Gagne belajar dapat dikategorikan sebagai berikut :
1) Verbal information (informasi verbal)
2) Intellectual Skill (skil Intelektual)
3) Attitude (perilaku)
4) Cognitive strategi (strategi kognitif)
Belajar informasi verbal merupakan kemampuan yang dinyatakan , seperti membuat label, menyusun fakta-fakta, dan menjelaskan. Kemampuan / unjuk kerja dari hasil belajar, seperti membuat pernyataan, penyusunan frase, atau melaporkan informasi.
Kemampuan skil intelektual adalah kemampuan pembelajar yang dapat menunjukkan kompetensinya sebagai anggota masyarakat seperti; menganalisa berita-berita. Membuat keseimbangan keuangan, menggunakan bahasa untuk mengungkapkan konsep, menggunakan rumus-rumus matematika. Dengan kata lain ia tahu “ Knowing how”
Attitude (perilaku) merupakan kemampuan yang mempengaruhi pilihan pembelajar (peserta didik) untuk melakukan suatu tindakan. Belajar mealui model ini diperoleh melalui pemodelan atau orang yang ditokohkan, atau orang yang diidolakan.
Strategi kognitif adalah kemampuan yang mengontrol manajemen belajar si pembelajar mengingat dan berpikir. Cara yang terbaik untuk mengembangkan kemampuan tersebut adalah dengan melatih pembelajar memecahkan masalah, penelitian dan menerapkan teori-teori untuk memecahkan masalah ril dilapangan. Melalui pendidikan formal diharapkan pembelajar menjadi “self learner” dan “independent tinker”.
c) Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget (Cognitive Development Theory)
Menurut Piaget pengetahuan (knowledge) adalah interksi yangterus menerus antara individu dengan lingkungan.
Fokus perkembangan kognitif Piaget adalah perkembangan secara alami fikiran pembelajar mulai anak-anak sampai dewasa. Konsepsi perkembangan kognitif Piaget, duturunkan dari analisa perkembangan biologi organisme tertentu. Menurut Piaget, intelegen (IQ=kecerdasan) adalah seperti system kehidupan lainnya, yaitu proses adaptasi.
Menurut Piaget ada tiga perbedaan cara berfikir yang merupakan prasyarat perkekmbangan operasi formal, yaitu; gerakan bayi, semilogika, praoprasional pikiran anak-anak, dan operasi nyata anak-anak dewas.
Ada empat faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif yaitu :
1) lingkungan fisik
2) kematangan
3) pengaruh sosial
4) proses pengendalian diri (equilibration)
(Piaget, 1977)
Tahap perkembangan kognitif :
1) Periode Sensori motor (sejak lahir – 1,5 – 2 tahun)
2) Periode Pra Operasional (2-3 tahun sampai 7-8 tahun)
3) Periode operasi yang nyata (7-8 tahun sampai 12-14 tahun)
4) Periode operasi formal
Kunci dari keberhasilan pembelajaran adalah instruktur/guru/dosen/guru harus memfasilitasi agar pembelajar dapat mengembangkan berpikir logis.
d) Teori Berpikir Sosial (social Learning Theory)
Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura seorang psikolog pendidikan dari Stanford University, USA. Teori belajar ini dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana orang belajar dalam seting yang alami/lingkungan sebenarnya.
Bandura (1977) menghipotesiskan bahwa baik tingkah laku (B), lingkungan (E) dan kejadian-kejadian internal pada pembelajar yang mempengaruhi persepsi dan aksi (P) adalah merupakan hubungan yang saling berpengaruh (interlocking),
Harapan dan nilai mempengaruhi tingkah laku
Tingkah laku sering dievaluasi, bebas dari umpan balik lingkungan sehingga mengubah kesan-kesan personal
Tingkah laku mengaktifkan kontingensi lingkungan
Karakteristik fisik seperti ukuran, ukuran jenis kelamin dan atribut sosial menumbuhkan reaksi lingkungan yang berbeda.
Pengakuan sosial yang berbeda mempengaruhi konsepsi diri individu.
Kontingensi yang aktif dapat merubah intensitas atau arah aktivitas.
P
B
E
Tingkah laku dihadirkan oleh model
Model diperhatikan oleh pelajar (ada penguatan oleh model)
Tingkah laku (kemampuan dikode dan disimpan oleh pembelajar)
Pemrosesan kode-kode simbolik
Skema hubungan segitiga antara lingkungan, faktor-faktor personal dan tingkah laku, (Bandura, 1976).
Skema
Proses Kognitif Pembelajar
Pembelajar mampu menunjukkan kompetensi/tingkah laku
Performance/unjuk kerja
Motivasi pembelajar mengolah tingkah laku
Proses perhatian sangat penting dalam pembelajaran karena tingkah laku yang baru (kompetensi) tidak akan diperoleh tanpa adanya perhatian pembelajar. Proses retensi sangat penting agar pengkodean simbolik tingkah laku ke dalam visual atau kode verbal dan penyimpanan dalam memori dapat berjalan dengan baik. Dalam hal ini rehearsal (ulangan ) memegang peranan penting.
Proses motivasi yang penting adalah penguatan dari luar, penguatan dari dirinya sendiri dan Vicarius Reinforcement (penguatan karena imajinasi).
Lebih lanjut menurut Bandura (1982) penguasaan skill dan pengetahuan yang kompleks tidak hanya bergantung pada proses perhatian, retensi, motor reproduksi dan motivasi, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur yang berasal dari diri pembelajar sendiri yakni “sense of self Efficacy” dan “self – regulatory system”. Sense of self efficacy adalah keyakinan pembelajar bahwa ia dapat menguasai pengetahuan dan keterampilan sesuai standar yang berlaku.
Self regulatory adalah menunjuk kepada 1) struktur kognitif yang memberi referensi tingkah laku dan hasil belajar, 2) sub proses kognitif yang merasakan, mengevaluasi, dan pengatur tingkah laku kita (Bandura, 1978). Dalam pembelajaran sel-regulatory akan menentukan “goal setting” dan “self evaluation” pembelajar dan merupakan dorongan untuk meraih prestasi belajar yang tinggi dan sebaliknya.
Menurut Bandura agar pembelajar sukses instruktur/guru/dosen/guru harus dapat menghadirkan model yang mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pembelajar, mengembangkan “self of mastery”, self efficacy, dan reinforcement bagi pembelajar.
Berikut Bandura mengajukan usulan untuk mengembangkan strategi proses pembelajaran yaitu sebagi berikut :
No
Strategi Proses
1
Analisis tingkah laku yang akan dijadikan model yang terdiri :
a. Apakah karekter dari tingkah laku yang akan dijadikan model itu berupa konsep, motor skil atau efektif?
b. Bagaimanakah urutan atau sekuen dari tingkah laku tersebut?
c. Dimanakah letak hal-hal yang penting (key point) dalam sekuen tersebut?
2
Tetapkan fungsi nilai dari tingkah laku dan pilihlah tingkah laku tersebut sebagai model.
a. Apakah tingkah laku (kemampuan yang dipelajari) merupakan hal yang penting dalam kehidupan dimasa datang? (success prediction)
b. Bila tingkah laku yang dipelajari kurang memberi manfaat (tidk begitu penting) model manakah yang lebih penting?
c. Apakah model harus hidup atau simbol?
Pertimbangan soal biaya, pengulangan demonstrasi dan kesempatan untuk menunjukkan fungsi nilai dan tingkah laku.
d. Apakah reinforcement yang akan didapat melalui model yang dipilih?
3
Pengembangan sekuen instruksional
a. Untuk mengajar motor skill, bagaimana caramengerjakan pekerjaan/kemampuan yang dipelajari :how to do this” dan bukannya “not this”.
Langkah-langkah manakah menurut sekuen yang harus dipresentasikan secara perlahan-lahan
4
Implementasi pengajaran untuk menunut proses kognitif dan motor reproduksi.
a. motor skill
1) hadirkan model
2) beri kesempatan kepada tiap-tiap pembelajar untuk latihan secarasimbolik
3) beri kesempatan kepada pembelajar untuk latihan dengan umpan balik visual
b. proses kognitif
1) Tampilkan model, baik yang didukung oleh kode-kode verbal atau petunjuk untuk mencari konsistensi pada berbagai contoh
2) Beri kesempatan kepada pembelajar untuk membuat ihtisar atau summary
3) Jika yang dipelajari adalah pemecahan masalah atau strategi penerapan beri kesempatan pembelajar untuk berpartisipasi secaraaktif
4) Beri kesempatan pembelajar untuk membuat generalisasi ke berbagai siatuasi.
Dari uraian tentang teori belajar sosial, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Belajar merupakan interaksi segitiga yang saling berpengaruh dan mengikat antara lingkungan, faktor-faktor personal dan tingkah laku yang meliputi proses-proses kognitif belajar.
2. komponen-komponen belajar terdiri dari tingkah laku, konsekuensi-konsekuensi terhadap model dan proses-proses kognitif pembelajar.
3. hasil belajar berupa kode-kode visual dan verbal yang mungkin dapat dimunculkan kembali atau tidak (retrievel).
4. dalam perencanaan pembelajaran skill yang kompleks, disamping pembelajaran-pembelajaran komponen-komponen skill itu sendiri, perlu ditumbuhkan “sense of efficacy” dan self regulatory” pembelajar.
5. dalam proses pembelajaran, pembelajar sebaiknya diberi kesempatan yang cukup untuk latihan secara mental sebelum latihan fisik, dan “reinforcement” dan hindari punishment yang tidak perlu.
Ahli lain yaitu Bloom dkk, menjelaskan domain tujuan pendidikan ada tiga ranah yaitu : 1) kognitif, yang berhubungan dengan ingatan, pengetahuan, dan perkembangan kemampuan dan skill intelektual, 2) afektif yang menjelaskan tentang perubahan dalam minat, perilaku (attitudes), nilai-nilai dan perkembangan dalam apresiasi dan penyesuaian , dan 3) psikomotor.
2. Teori Belajar Orang dewasa
Gagne membagi teori belajar dalam 3 famili :
a. conditioning
b. modelling
c. kognitif
Kingsley dan Garry membagi teori belajar dalam 2 bagian yaitu ;
a. teori stimulus-respon
b. teori medan
Taba membagi teori belajar menjadi 2 famili :
a. teori asosiasi atau behaviorisme
b. teori organismik, gestalt dan teori medan
Di dalam pembahasan akan difokuskan pada teori belajar orang dewasa. Ada aliran inkuiri yang merupakan landasan teori belajar dan mengajar orang dewasa yaitu : “scientific stream” dan “artistic atau intuitive/reflective stream”. Aliran “scientific stream” adalah menggali atau menemukan teori baru tentang belajar orang dewasa melalui penelitian dan eksperimen . Teori ini diperkenalkan oleh Edward L. Thorndike dengan pubilkasinya “ Adult Learning”, pada tahun 1928.
Pada aliran artistic, teori baru ditemukan melalui instuisi dan analisis pengalaman yang memberikan perhatian tentang bagaimana orang dewasa belajar. Aliran ini diperkenalkan oleh Edward C. Lindeman dalam penerbitannya “ The Meaning of Adult Education” pada tahun 1926 yang sangat dipengaruhi oleh filsafat pendidikan John Dewey.
Menurutnya sumber yang paling berguna dalam pendidikan orang dewasa adalah pengalaman peserta didik. Dari hasil penelitian, Linderman mengidentifikasi beberapa asumsi tentang pembelajar orang dewasa yang dijadikan fondasi teori belajar orang dewasa yaitu sebagai berikut :
1) pembelajar orang dewasa akan termotivasi untuk belajar karena kebutuhan dan minat dimana belajar akan memberikan kepuasan
2) orientasi pembelajar orang dewasa adalah berpusat pada kehidupan, sehingga unit-unit pembelajar sebaiknya adalah kehidupan nyata (penerapan) bukan subject matter.
3) Pengalaman adalah sumber terkaya bagi pembelajar orang dewasa, sehingga metode pembelajaran adalah analisa pengalaman (experiential learning).
4) Pembelajaran orang dewasa mempunyai kebutuhan yang mendalam untuk mengarahkan diri sendiri (self directed learning), sehingga peran guru sebagai instruktur.
5) Perbedaan diantara pembelajar orang dewasa semakin meningkat dengan bertambahnya usia, oleh karena itu pendidikan orang dewasa harus memberi pilihan dalam hal perbedaan gaya belajar, waktu, tempat dan kecepatan belajar.
Carl R Rogers (1951) mengajukan konsep pembelajaran yaitu “ Student-Centered Learning” yang intinya yaitu :
1) kita tidak bisa mengajar orang lain tetapi kita hanya bisa menfasilitasi belajarnya.
2) Seseorang akan belajar secarasignifikan hanya pada hal-hal yang dapat memperkuat/menumbuhkan “self”nya
3) Manusia tidak bisa belajar kalau berada dibawah tekanan
4) Pendidikan akan membelajarkan peserta didik secara signifkan bila tidak ada tekanan terhadap peserta didik, dan adanya perbedaan persepsi/pendapat difasilitasi/diakomodir
Peserta didik orang dewasa menurut konsep pendidikan adalah :
1) meraka yang berperilaku sebagai orang dewasa, yaitu orang yang melaksanakan peran sebagai orang dewasa
2) meraka yang mempunyai konsep diri sebagai orang dewasa
Andragogi mulai digunakan di Netherlands oleh professor T.T Ten have pada tahun 1954 dan pada tahun 1959 ia menerbitkan garis-garis besar “Science of Andragogy”
Model andragogi mempunyai konsep bahwa : kebutuhan untuk tahu (The need to know), konsep diri pembelajar ( the learner’s concept),peran pengalaman pembelajar (the role of the leaner’s experience), kesiapan belajar ( readiness to learn), orientasi belajar (orientation of learning) dan motivasi lebih banyak ditentukan dari dalam diri si pembelajar itu sendiri.
Didalam pembelajaran orang dewasa tidak sepenuhnya harus menggunakan model andragogi, tetapi bisa digabung model pedagogi. Jika pembelajarnya belum mengetahui atau sangat asing dengan materi yang disampaikan tentunya kita bisa menggunakan model pedagogi pada awal-awal pertemuan untuk mengkonstruksi pengalaman dengan pengetahuan yang baru didapatkan, selanjutnya bisa digunakan model andragogi sebagai penguatan dan pengembangan.
Teori belajar Skinner “Operant Conditioning”
Teori Belajar Conditining of Learning, Robert M. Gagne
Teori Belajar Perkekmembangan Kognitif Jean Piaget
Teori Belajar Sosial Albert Bandura
Teori Belajar Orang Dewasa
Teori Pembelajaran Orang Dewasa
a) Teori Operant Conditioning
Teori operant conditioning dimulai pada tahun 1930-an. Burhus Fredik Skinner selama periode teori stimulus (S)- Respons ( R) untuk menyempurnakan teorinya Ivan Pavlo yang disebut “Classical Conditioning”. Skinner setuju dengan konsepnya John Watson bahwa psikologi akan diterima sebagai sain (science) bila studi tingkah laku (behavior) tersebut dapat diukur, seperti ilmu fisika, teknik, dan sebagainya.
Menurut Skinner , belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang harus dapat diukur. Bila pembelajar (peserta didik) berhasil belajar, maka respon bertambah, tetapi bila tidak belajar banyaknya respon berkurang, sehingga secara formal hasil belajar harus bisa diamati dan diukur.
Hasil temuan skinner terdapat tiga komponen dalam belajar yaitu :
Discriminative stimulus (SD)
Response
Reinforcement (penguatan)
- penguatan positif
- penguatan negative
b) Teori Conditioning Of Learning, Robert M. Gagne
Teori ini ditemukan oleh Gagne yang didasarkan atas hasil riset tentang faktor-faktor yang kompleks pada proses belajar manusia. Penelitiannya diamksudkan untuk menemukan teori pembelajaran yang efektif. Analisanya dimulai dari identifikasi konsep hirarki belajar, yaitu urut-urutan kemampuan yang harus dikuasai oleh pembelajar (peserta didik) agar dapat mempelajari hal-hal yang lebih sulit atau lebih kompleks.
Menurut Gagne belajar memberi kontribusi terhadap adaptasi yang diperlukan untuk mengembangkan proses yang logis, sehingga perkembangan tingkah laku (behavior) adalah hasil dari efek belajar yang komulatif (gagne, 1968). Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa belajar itu bukan proses tunggal. Belajar menurut Gagne tidak dapat didefinisikan dengan mudah, karena belajar bersifat kompleks.
Gagne (1972) mendefinisikan belajar adalah : mekanisme dimana seseorang menjadi anggota masyarakat yang berfungsi secara kompleks. Kompetensi itu meliputi, skill, pengetahuan, attitude (perilaku), dan nilai-nilai yang diperlukan oleh manusia, sehingga belajar adalah hasil dalam berbagai macam tingkah laku yang selanjutnya disebut kapasitas atau outcome. Kemampuan-kemampuan tersebut diperoleh pembelajar (peserta didik) dari :
1. Stimulus dan lingkungan
2. proses kognitif
Menurut Gagne belajar dapat dikategorikan sebagai berikut :
1) Verbal information (informasi verbal)
2) Intellectual Skill (skil Intelektual)
3) Attitude (perilaku)
4) Cognitive strategi (strategi kognitif)
Belajar informasi verbal merupakan kemampuan yang dinyatakan , seperti membuat label, menyusun fakta-fakta, dan menjelaskan. Kemampuan / unjuk kerja dari hasil belajar, seperti membuat pernyataan, penyusunan frase, atau melaporkan informasi.
Kemampuan skil intelektual adalah kemampuan pembelajar yang dapat menunjukkan kompetensinya sebagai anggota masyarakat seperti; menganalisa berita-berita. Membuat keseimbangan keuangan, menggunakan bahasa untuk mengungkapkan konsep, menggunakan rumus-rumus matematika. Dengan kata lain ia tahu “ Knowing how”
Attitude (perilaku) merupakan kemampuan yang mempengaruhi pilihan pembelajar (peserta didik) untuk melakukan suatu tindakan. Belajar mealui model ini diperoleh melalui pemodelan atau orang yang ditokohkan, atau orang yang diidolakan.
Strategi kognitif adalah kemampuan yang mengontrol manajemen belajar si pembelajar mengingat dan berpikir. Cara yang terbaik untuk mengembangkan kemampuan tersebut adalah dengan melatih pembelajar memecahkan masalah, penelitian dan menerapkan teori-teori untuk memecahkan masalah ril dilapangan. Melalui pendidikan formal diharapkan pembelajar menjadi “self learner” dan “independent tinker”.
c) Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget (Cognitive Development Theory)
Menurut Piaget pengetahuan (knowledge) adalah interksi yangterus menerus antara individu dengan lingkungan.
Fokus perkembangan kognitif Piaget adalah perkembangan secara alami fikiran pembelajar mulai anak-anak sampai dewasa. Konsepsi perkembangan kognitif Piaget, duturunkan dari analisa perkembangan biologi organisme tertentu. Menurut Piaget, intelegen (IQ=kecerdasan) adalah seperti system kehidupan lainnya, yaitu proses adaptasi.
Menurut Piaget ada tiga perbedaan cara berfikir yang merupakan prasyarat perkekmbangan operasi formal, yaitu; gerakan bayi, semilogika, praoprasional pikiran anak-anak, dan operasi nyata anak-anak dewas.
Ada empat faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif yaitu :
1) lingkungan fisik
2) kematangan
3) pengaruh sosial
4) proses pengendalian diri (equilibration)
(Piaget, 1977)
Tahap perkembangan kognitif :
1) Periode Sensori motor (sejak lahir – 1,5 – 2 tahun)
2) Periode Pra Operasional (2-3 tahun sampai 7-8 tahun)
3) Periode operasi yang nyata (7-8 tahun sampai 12-14 tahun)
4) Periode operasi formal
Kunci dari keberhasilan pembelajaran adalah instruktur/guru/dosen/guru harus memfasilitasi agar pembelajar dapat mengembangkan berpikir logis.
d) Teori Berpikir Sosial (social Learning Theory)
Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura seorang psikolog pendidikan dari Stanford University, USA. Teori belajar ini dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana orang belajar dalam seting yang alami/lingkungan sebenarnya.
Bandura (1977) menghipotesiskan bahwa baik tingkah laku (B), lingkungan (E) dan kejadian-kejadian internal pada pembelajar yang mempengaruhi persepsi dan aksi (P) adalah merupakan hubungan yang saling berpengaruh (interlocking),
Harapan dan nilai mempengaruhi tingkah laku
Tingkah laku sering dievaluasi, bebas dari umpan balik lingkungan sehingga mengubah kesan-kesan personal
Tingkah laku mengaktifkan kontingensi lingkungan
Karakteristik fisik seperti ukuran, ukuran jenis kelamin dan atribut sosial menumbuhkan reaksi lingkungan yang berbeda.
Pengakuan sosial yang berbeda mempengaruhi konsepsi diri individu.
Kontingensi yang aktif dapat merubah intensitas atau arah aktivitas.
P
B
E
Tingkah laku dihadirkan oleh model
Model diperhatikan oleh pelajar (ada penguatan oleh model)
Tingkah laku (kemampuan dikode dan disimpan oleh pembelajar)
Pemrosesan kode-kode simbolik
Skema hubungan segitiga antara lingkungan, faktor-faktor personal dan tingkah laku, (Bandura, 1976).
Skema
Proses Kognitif Pembelajar
Pembelajar mampu menunjukkan kompetensi/tingkah laku
Performance/unjuk kerja
Motivasi pembelajar mengolah tingkah laku
Proses perhatian sangat penting dalam pembelajaran karena tingkah laku yang baru (kompetensi) tidak akan diperoleh tanpa adanya perhatian pembelajar. Proses retensi sangat penting agar pengkodean simbolik tingkah laku ke dalam visual atau kode verbal dan penyimpanan dalam memori dapat berjalan dengan baik. Dalam hal ini rehearsal (ulangan ) memegang peranan penting.
Proses motivasi yang penting adalah penguatan dari luar, penguatan dari dirinya sendiri dan Vicarius Reinforcement (penguatan karena imajinasi).
Lebih lanjut menurut Bandura (1982) penguasaan skill dan pengetahuan yang kompleks tidak hanya bergantung pada proses perhatian, retensi, motor reproduksi dan motivasi, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur yang berasal dari diri pembelajar sendiri yakni “sense of self Efficacy” dan “self – regulatory system”. Sense of self efficacy adalah keyakinan pembelajar bahwa ia dapat menguasai pengetahuan dan keterampilan sesuai standar yang berlaku.
Self regulatory adalah menunjuk kepada 1) struktur kognitif yang memberi referensi tingkah laku dan hasil belajar, 2) sub proses kognitif yang merasakan, mengevaluasi, dan pengatur tingkah laku kita (Bandura, 1978). Dalam pembelajaran sel-regulatory akan menentukan “goal setting” dan “self evaluation” pembelajar dan merupakan dorongan untuk meraih prestasi belajar yang tinggi dan sebaliknya.
Menurut Bandura agar pembelajar sukses instruktur/guru/dosen/guru harus dapat menghadirkan model yang mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pembelajar, mengembangkan “self of mastery”, self efficacy, dan reinforcement bagi pembelajar.
Berikut Bandura mengajukan usulan untuk mengembangkan strategi proses pembelajaran yaitu sebagi berikut :
No
Strategi Proses
1
Analisis tingkah laku yang akan dijadikan model yang terdiri :
a. Apakah karekter dari tingkah laku yang akan dijadikan model itu berupa konsep, motor skil atau efektif?
b. Bagaimanakah urutan atau sekuen dari tingkah laku tersebut?
c. Dimanakah letak hal-hal yang penting (key point) dalam sekuen tersebut?
2
Tetapkan fungsi nilai dari tingkah laku dan pilihlah tingkah laku tersebut sebagai model.
a. Apakah tingkah laku (kemampuan yang dipelajari) merupakan hal yang penting dalam kehidupan dimasa datang? (success prediction)
b. Bila tingkah laku yang dipelajari kurang memberi manfaat (tidk begitu penting) model manakah yang lebih penting?
c. Apakah model harus hidup atau simbol?
Pertimbangan soal biaya, pengulangan demonstrasi dan kesempatan untuk menunjukkan fungsi nilai dan tingkah laku.
d. Apakah reinforcement yang akan didapat melalui model yang dipilih?
3
Pengembangan sekuen instruksional
a. Untuk mengajar motor skill, bagaimana caramengerjakan pekerjaan/kemampuan yang dipelajari :how to do this” dan bukannya “not this”.
Langkah-langkah manakah menurut sekuen yang harus dipresentasikan secara perlahan-lahan
4
Implementasi pengajaran untuk menunut proses kognitif dan motor reproduksi.
a. motor skill
1) hadirkan model
2) beri kesempatan kepada tiap-tiap pembelajar untuk latihan secarasimbolik
3) beri kesempatan kepada pembelajar untuk latihan dengan umpan balik visual
b. proses kognitif
1) Tampilkan model, baik yang didukung oleh kode-kode verbal atau petunjuk untuk mencari konsistensi pada berbagai contoh
2) Beri kesempatan kepada pembelajar untuk membuat ihtisar atau summary
3) Jika yang dipelajari adalah pemecahan masalah atau strategi penerapan beri kesempatan pembelajar untuk berpartisipasi secaraaktif
4) Beri kesempatan pembelajar untuk membuat generalisasi ke berbagai siatuasi.
Dari uraian tentang teori belajar sosial, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Belajar merupakan interaksi segitiga yang saling berpengaruh dan mengikat antara lingkungan, faktor-faktor personal dan tingkah laku yang meliputi proses-proses kognitif belajar.
2. komponen-komponen belajar terdiri dari tingkah laku, konsekuensi-konsekuensi terhadap model dan proses-proses kognitif pembelajar.
3. hasil belajar berupa kode-kode visual dan verbal yang mungkin dapat dimunculkan kembali atau tidak (retrievel).
4. dalam perencanaan pembelajaran skill yang kompleks, disamping pembelajaran-pembelajaran komponen-komponen skill itu sendiri, perlu ditumbuhkan “sense of efficacy” dan self regulatory” pembelajar.
5. dalam proses pembelajaran, pembelajar sebaiknya diberi kesempatan yang cukup untuk latihan secara mental sebelum latihan fisik, dan “reinforcement” dan hindari punishment yang tidak perlu.
Ahli lain yaitu Bloom dkk, menjelaskan domain tujuan pendidikan ada tiga ranah yaitu : 1) kognitif, yang berhubungan dengan ingatan, pengetahuan, dan perkembangan kemampuan dan skill intelektual, 2) afektif yang menjelaskan tentang perubahan dalam minat, perilaku (attitudes), nilai-nilai dan perkembangan dalam apresiasi dan penyesuaian , dan 3) psikomotor.
2. Teori Belajar Orang dewasa
Gagne membagi teori belajar dalam 3 famili :
a. conditioning
b. modelling
c. kognitif
Kingsley dan Garry membagi teori belajar dalam 2 bagian yaitu ;
a. teori stimulus-respon
b. teori medan
Taba membagi teori belajar menjadi 2 famili :
a. teori asosiasi atau behaviorisme
b. teori organismik, gestalt dan teori medan
Di dalam pembahasan akan difokuskan pada teori belajar orang dewasa. Ada aliran inkuiri yang merupakan landasan teori belajar dan mengajar orang dewasa yaitu : “scientific stream” dan “artistic atau intuitive/reflective stream”. Aliran “scientific stream” adalah menggali atau menemukan teori baru tentang belajar orang dewasa melalui penelitian dan eksperimen . Teori ini diperkenalkan oleh Edward L. Thorndike dengan pubilkasinya “ Adult Learning”, pada tahun 1928.
Pada aliran artistic, teori baru ditemukan melalui instuisi dan analisis pengalaman yang memberikan perhatian tentang bagaimana orang dewasa belajar. Aliran ini diperkenalkan oleh Edward C. Lindeman dalam penerbitannya “ The Meaning of Adult Education” pada tahun 1926 yang sangat dipengaruhi oleh filsafat pendidikan John Dewey.
Menurutnya sumber yang paling berguna dalam pendidikan orang dewasa adalah pengalaman peserta didik. Dari hasil penelitian, Linderman mengidentifikasi beberapa asumsi tentang pembelajar orang dewasa yang dijadikan fondasi teori belajar orang dewasa yaitu sebagai berikut :
1) pembelajar orang dewasa akan termotivasi untuk belajar karena kebutuhan dan minat dimana belajar akan memberikan kepuasan
2) orientasi pembelajar orang dewasa adalah berpusat pada kehidupan, sehingga unit-unit pembelajar sebaiknya adalah kehidupan nyata (penerapan) bukan subject matter.
3) Pengalaman adalah sumber terkaya bagi pembelajar orang dewasa, sehingga metode pembelajaran adalah analisa pengalaman (experiential learning).
4) Pembelajaran orang dewasa mempunyai kebutuhan yang mendalam untuk mengarahkan diri sendiri (self directed learning), sehingga peran guru sebagai instruktur.
5) Perbedaan diantara pembelajar orang dewasa semakin meningkat dengan bertambahnya usia, oleh karena itu pendidikan orang dewasa harus memberi pilihan dalam hal perbedaan gaya belajar, waktu, tempat dan kecepatan belajar.
Carl R Rogers (1951) mengajukan konsep pembelajaran yaitu “ Student-Centered Learning” yang intinya yaitu :
1) kita tidak bisa mengajar orang lain tetapi kita hanya bisa menfasilitasi belajarnya.
2) Seseorang akan belajar secarasignifikan hanya pada hal-hal yang dapat memperkuat/menumbuhkan “self”nya
3) Manusia tidak bisa belajar kalau berada dibawah tekanan
4) Pendidikan akan membelajarkan peserta didik secara signifkan bila tidak ada tekanan terhadap peserta didik, dan adanya perbedaan persepsi/pendapat difasilitasi/diakomodir
Peserta didik orang dewasa menurut konsep pendidikan adalah :
1) meraka yang berperilaku sebagai orang dewasa, yaitu orang yang melaksanakan peran sebagai orang dewasa
2) meraka yang mempunyai konsep diri sebagai orang dewasa
Andragogi mulai digunakan di Netherlands oleh professor T.T Ten have pada tahun 1954 dan pada tahun 1959 ia menerbitkan garis-garis besar “Science of Andragogy”
Model andragogi mempunyai konsep bahwa : kebutuhan untuk tahu (The need to know), konsep diri pembelajar ( the learner’s concept),peran pengalaman pembelajar (the role of the leaner’s experience), kesiapan belajar ( readiness to learn), orientasi belajar (orientation of learning) dan motivasi lebih banyak ditentukan dari dalam diri si pembelajar itu sendiri.
Didalam pembelajaran orang dewasa tidak sepenuhnya harus menggunakan model andragogi, tetapi bisa digabung model pedagogi. Jika pembelajarnya belum mengetahui atau sangat asing dengan materi yang disampaikan tentunya kita bisa menggunakan model pedagogi pada awal-awal pertemuan untuk mengkonstruksi pengalaman dengan pengetahuan yang baru didapatkan, selanjutnya bisa digunakan model andragogi sebagai penguatan dan pengembangan.
Tuesday, September 18, 2007
MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN
1. Mutu
Keistimewaan produk ( semakin baik keistimewaan produk semakin tinggi mutunya).
Bebas definisi ( semakin sedikit defisiensi, berarti semakin baik mutunya).
Mutu adalah karakteristik produk / jasa yang ditentukan oleh pemakai atau customer dan diperoleh melalui pengukuran proses serta melalui perbaikan yang berkelanjutan.
Mutu: The difficulty in defining quality is to translate future needs of the uses into measurable characteristic, so that a product can be designed and turned out to give satisfaction at a price than the user will pay (1986).
Menurut Philip B. Coss by (1979) Conformance to requipment, Armand V. Feigenbaum (1956). Full customer satisfaction.
Menurut Suwarno, Mutu adalah:
o Suatu karakteristik/atribut dari pada sesuatu
o Penilaian subyektif dari pada kustomer
Sumber : Soewarso. 1996. Total Quality Management. Yogyakarta: ANDI.
Mutu adalah paduan sifat-sifat suatu barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan pelanggan.
Menurut A. Widjaya
Mutu adalah kesesuaian/ kecocokan dengan spesifikasi dan standar yang berlaku yang pas untuk digunakan dan dapat memuaskan keinginan, kebutuhan, dan pengharapan pelanggan dengan biaya yang kompetitif.
Peristilahan yang menjadi kunci dari kedua definisi mutu tersebut adalah :
Kesesuaian/ kecocokan
Standar
Memuaskan
Pelanggan
Produk dan jasa
2. Mutu/ kualitas
Mutu / kualitas adalah suatu kesesuaian / kecocokan antara barang adan jasa dengan standar yang telah ditetapkan untuk memenuhi kebutuhan sehingga terciptanya kepuasan pelanggan.
JOSEPH JURAN
W. EDWAR DEMING
PHILIP COSBY
KONSEP MUTU
Mutu menurut Juran adalah kemampuan untuk digunakan fitness for use.
Sumber : Drs. Amin Widjaja Tunggal. 1993. Manajemen Mutu Terpadu suatu pengantar. Jakarta : Rineka Cipta.
Mutu adalah Suatu tingkat yang dapat diprediksi dari keseragaman dan ketergantungan biaya yang rendah dan sesuai dengan pasar.
Sumber : Drs. Amin Widjaja Tunggal. 1993. Manajemen Mutu Terpadu suatu pengantar. Jakarta : Rineka Cipta.
Mutu menurut Crosby adalah sesuai dengan persyaratan ( conformance to = requirements).
Sumber : Drs. Amin Widjaja Tunggal. 1993. Manajemen Mutu Terpadu suatu pengantar. Jakarta : Rineka Cipta.
KARAKTERISTIK MUTU
Barang/ jasa yang bermutu memiliki nilai guna yang tinggi bagi pelanggannya.
Merencanakan mutu sesuai dengan kondisi pasar
Mutu produk berorientasi pada konsumen
1. Pihak produsen berusaha melakukan konsep zero defect dalam produksi prodaknyaidak selamanya produk dengan kualitas baik, memiliki harga tinggi.
Berorientasi pada selera konsumen
Mutu produk berorientasi pada konsumen
Ada penekanan pada disain dan proses
Manajemen kualitas merupakan tanggung jawab seluruh organisasi
Memperhatikan keluhan dari konsumen sehingga terus berusaha untuk meningkatkan mutu
Adanya upaya perbaikan yang terus menerus
Basis perbaikan menekankan pada pendekatan kelompok proyek-prpyek.
Basis perbaikan yaitu dengan secara terus menerus mengurangi penyimpangan menghilangkan tujuan tanpa metode.
Basis perbaikannya pada proses bukanlah suatu program, tujuan perbaikan.
Kerjasama kelompok/team pendekatannya pada kelompok dan gugus kendali mutu.
Kerjasama team diarahkan pada partisipasi karyawan dalam pengambilan keputusan, memcahkan kendala antara departemen
Kerjasama kelompok Lebih menekankan pada perbaikan mutu /dewan mutu.
3. Manajemen mutu terpadu dalam persekolahan
Suatu system manajemen yang menghendaki adanya perbaikan mutu/kualitas sekolah melalui pemberdayaan sumber-sumber dan potensi sekolah baik berupa fisik ,ketenagaan organisasi , dan lingkungan masyarakat sekitar sekolah yang bertujuan untuk meningkatkan mutu sekolah terutama lulusan/output dari sekolah itu sendiri.
4. Komponen komponen Manajemen mutu terpadu sekolah
Komponen peserta didik
Komponen ketenaga pendidikan
Komponen sarana prasarana
Komponen structural organisasi
Komponen masyarakat
Komponen proses
5.komponen-komponen tersebut dianggap layak dikarenakan
sebagai berikut :
a. Komponen peserta didik
Indikator keberhasilan tingkat mutu yang baik dapat dilihat dari kondisi akademis peserta didik( prestasi ). Peserta didik merupakan memegang peranan sebagi komponen inti.
b. Komponen Ketenaga pendidikan
Ujung tombak dalam kegiatan proses belajar mengajar siswa di sekolah itu adalah guru.
c. Komponen sarana prasarana
untuk mendukung proses kegiatan belajar mengajar yang baik diperlukan sarana prasarana yang menunjang.
d. Komponen structural organisasi
untuk menjalankan system persekolahan dibutuhkan kerjasama tim, sehingga diperlukan adanya pengorganisasian secara structural untuk membagi peran, fungsi, dan tanggung jawab.
e. Komponen partisipasi masyarakat
Sebagai indikator keberhasilan sekolah perlu adanya kesesuaian /relevansi dengan kebutuhan masyarakat sehingga lulusan sekolah bermutu dengan benar-benar memenuhi kebutuhan masyarakat sekarang ini.
f. Komponen proses.
Komponen yang menyangkut proses ini yaitu didalamnya termasuk kegiatan PBM dan evaluasi. Komponen ini sangat berpengaruh sekali terhadap penerapan TQM dalam pendidikan terutama di sekolah. Pada dasarnya tujuan sekolah adalah menyelenggarakan kegiatan proses belajar mengajar untuk mentrasfer nilai-nilai yang baik.
TQM untuk Pendidikan
TQM di dalam Pendidikan diterapkan pada tiga tingkatan:
1. Tingkatan yang paling rendah adalah kepada proses manajemen suatu sekolah. Manfaat yang utama adalah di dalam peningkatan efisiensi dan biaya lebih rendah.
2. Tingkatan yang kedua adalah peningkatan kualitas mengajar secara menyeluruh untuk siswa. Mencakup Filosofi mutu dan methode/alat.
3. Tingkatan yang paling tinggi adalah total quality dalam belajar. Ini adalah suatu filosofi pengajaran yang didukung oleh sekumpulan alat yang komprehensip dan dikendalikan oleh para siswa dan staf dalam rangka mengidentifikasi, meneliti, dan menghilangkan penghalang bagi belajar.
Para siswa ingin sekolah memperlengkapi dirinya untuk menghadapi masa depan yang sangat tidak-pasti. Orang tua menginginkan pilihan yang terbaik dan keterlibatan anaknya dalam pendidikan. Lapangan kerja memerlukan keterampilan belajar, kerjasama sekelompok, dan motivasi diri berdasar pada pegangan yang baik.
Pemerintah di tekan untuk mengurangi pengeluaran. Di dalam keadaan ini, mutu adalah jawabannya, bukan masalah. satu-satunya cara untuk meningkatkan pendpatan dan mengurangi biaya-biaya, seperti praktisi industri yang terkemuka menemukan hal itu tahun 1980-an.
Suatu contoh tingkatan tinggi kualitas dalam pendidikan yang terkenal adalah Sekolah menengah Mt. Edgecumbe. Sekolah ini melayani 300 para siswa di pedesaan Alaska. Prakarsa Mutu mereka dimulai pada 1988. Mereka merasakan bahwa suatu kurikulum yang berkualitas harus dipusatkan pada kualitas sekolah. Para siswa memasuki filosofi pengajaran berkualitas, peralatan dan teknik, belajar teori, dan psikologi praktis. Sebab para siswa disibukan untuk mengerti kenapa mereka belajar sesuatu dan mereka berpartisipasi dalam kurikulum, mereka secara langsung mempengaruhi kurikulum masa depan seperti halnya delivery. Pelajaran harus berhubungan dengan aplikasi dan demikian usaha besar ditempatkan atas program cross-curricular.
B. Total Manajemen Berkwalitas di (dalam) Pendidikan
Why get involved with TQM?
TQM adalah suatu filosofi dan sistem untuk secara terus-menerus meningkat;kan produk dan/atau jasa [itu] yang ditawarkan ke pelanggan. Sejak teknologi transportasi dan komunikasi sudah menggantikan sistem ekonomi negara dengan suatu ekonomi global, negara-negara dan bisnis yang tidak praktek TQM dapat menjadi serentak tidak kompetitif melainkan dengan cepat. Ini berbaris ke arah kaleng tidak kompetitif dihindarkan jika warganegara dibantu untuk menjadi TQM praktisi. Oleh karena itu, yang potensial keuntungan-keuntungan TQM di (dalam) suatu sekolah, daerah atau perguruan tinggi adalah sangat jelas:
TQM dapat membantu suatu sekolah atau perguruan tinggi menyediakan lebih baik melayani ke [yang] utama nya customers--students dan pemberi kerja.
Fokus Kemajuan berkelanjutan TQM adalah suatu [jalan/cara] pokok memenuhi kebutuhan tanggung-jawab yang umum ke perubahan bidang pendidikan.
Operasi suatu NO-FEAR TQM sistem dengan suatu fokus pada [atas] peningkatan dan pertumbuhan berlanjut menawarkan lebih [] kegembiraan dan menghadapi tantangan ke para siswa dan para guru dibanding a " cukup baik" pelajaran lingkungan dapat menyediakan. Oleh karena itu, iklim untuk belajar ditingkatkan.
Apakah [yang merupakan] unsur-unsur TQM yang penting di (dalam) pendidikan?
Di (dalam) suatu TQM sekolah atau perguruan tinggi, regu peningkatan dan individu secara konstan aktip pada [atas] meningkat;kan [jasa;layanan] ke pelanggan. Konsep dapat memberi bantuan menjadi " cukup baik" dipertimbangkan tidak cukup. Pemahaman [yang] saksama perbedaan antar[a] tradisional dan TQM sekolah terbaik dikembangkan [adalah] suatu seminar dinamis, [yang] bukan secara sederhana pemandu [di]tertulis. Oleh karena itu, pemandu ini dimaksudkan untuk melengkapi seminar seperti itu. Masing-Masing unsur-unsur yang berikut adalah sangat penting untuk secara penuh [merealisir/sadari] potensi TQM di (dalam) pendidikan:
1. Kesadaran Dan Komitmen untuk Semua orang
Yang ilmu bahasa, kinesthetic, visuil, dan/atau mathematical bakat seorang siswa tidak akan dikembangkan kepada potensi [yang] paling penuh mereka kecuali jika TIAP-TIAP anggota suatu teaching-learning persekutuan mempromosikan mutu mungkin yang paling tinggi pada masing-masing melangkah proses pengembangan. Suatu perubahan bentuk dari " cukup baik" atau pendidikan tradisional ( [di mana/jika] tanda atau nilai/kelas " A" dan " B" adalah cukup baik sekalipun mereka tidak menghadirkan pekerjaan terbaik) perlukah mulai dengan semua orang dibuat sadar akan potensi dan unsur-unsur TQM. Suatu [jalan/cara] sempurna untuk mulai ada bersama suatu total staff yang bertemu dengan orang tua dan anggota dewan sekolah [yang] mengambil bagian. Kaleng Pertemuan menyediakan:
Suatu ikhtisar TQM unsur-unsur [yang] dinamis dan potensi oleh satu atau lebih presenters [siapa] yang sudah mengalami kedua-duanya dan Suatu komitmen jelas bersih dari dewan sekolah, pengawas, dan prinsip bahwa mereka akan secara penuh mendukung TQM usaha dan bahwa mereka tidak harapkan ( untuk menggunakan bahasa W. Edwards Deming) " kue puding sekejap/saat tertentu" hasil.
2. Suatu Misi Jelas bersih
Memanage pergerakan berlanjut ke arah standar mutu [yang] lebih tinggi tergantung pada melukiskan standard itu. Jika suatu TQM komisi pengendalian dibentuk [adalah] suatu sekolah ( Lihat unsur # 10a.), [itu] [perlu] menentukan jawaban bagi [itu] [yang] ini question--Does sekolah mempunyai suatu statemen misi [yang] customer-focused jelas bersih dan suatu proses berfungsi untuk divisi dan/atau departemen [yang] menterjemahkan statemen ini ke dalam hasil jalan keluar untuk lulus? Jika jawaban adalah " tidak (ada)", masalah itu harus ditujukan dengan lokal, status, nasional, dan pemberi kerja baku. Standard ini [perlu] menekankan mengembang;kan kemampuan siswa untuk memecahkan real-life permasalahan dibanding/bukannya [hanya;baru saja] menghafalkan pokok. Yang belakangan tidak menghadirkan mutu untuk baik para siswa maupun pemberi kerja.
3. Suatu Pendekatan Perencanaan Sistem
Pendidikan tradisional telah menjadi terlalu sering membagi menjadi bagian. Guru X menyediakan suatu Kursus bahasa Inggris; Guru Ilmu pengetahuan Y mungkin memusatkan dengan berat pada [atas] suatu pengetahuan siswa [dari;ttg] prinsip ilmiah tanpa membayar banyak perhatian [bagi/kepada] mengembang;kan yang kemampuan siswa untuk menggunakan Prinsip Bahasa Inggris di dalam menulis suatu laporan teknis. [Yang] tanpa sadar, siswa mulai untuk memandang Bahasa Inggris sebagai " kursus" sebagai ganti maupun [sebagai/ketika/sebab] ketrampilan untuk digunakan. Jika untuk tingkat yang lebih tinggi siswa kemampuan/ wewenang (diharapkan) untuk dikembangkan, harus ada untuk tingkat yang lebih tinggi system-wide dan cross-department PERENCANAAN untuk peningkatan intervi di (dalam) sekolah dan perguruan tinggi. Ketiadaan perencanaan sistem adalah suatu penghalang serius ke mutu lebih tinggi di (dalam) siswa [yang] belajar. Bandingkan school-wide pengembangan pembacaan ini merencanakan [adalah] suatu sekolah menengah dengan apa [yang] kamu memahami tentang banyak orang yang lebih dangkal mengenai perbaikan tradisional membaca program.
Tentu saja, sistim yang demikian mendekati [bagi/kepada] belajar peningkatan [yang] secara normal terjadi hanya jika perencanaan inter departemen menyusun itu.
4. Teaming Replacing Hierarchy
Organisasi yang hirarkis [dari;ttg] kemarin masih dominan terlalu banyak bisnis dan sekolah. . seperti (itu) organisasi [tuju/ cenderung] untuk mempromosikan usaha individu " cukup baik" untuk mencukupi seorang penyelia [siapa] yang kadang-kadang mengetahui lebih sedikit sekitar bagaimana cara mencapai mutu dibanding he/she itu mensupervisi. Cross-Department Regu dapat dan mempromosikan peningkatan lebih kuat jika mereka adalah:
Dengan suatu misi jelas bersih dan otoritas kuat
Supported rather than hampered by supervisors.
yang didukung Dibanding/Bukannya yang dihambat oleh para penyelia.
Pen;Dukungan adalah suatu unsur utama di (dalam) sukses atau kegagalan TQM. Jika pengurus, para penyelia, dan para ketua departemen mendukung regu peningkatan tugas, regu itu dapat menghasilkan lebih [] motivasi dan peningkatan dibanding kaleng jika tidak dicapai. Jika bukan, TQM tidak bisa mencapai potensi nya. Di (dalam) TQM program [yang] dioperasikan, pengurus dan para penyelia bekerja dengan rajin pada:
a. Desak misi dan visi jelas bersih b. Koordinasi antar tugas atau regu peningkatan c. Dukung otoritas dan usaha regu peningkatan [itu] kepada derajat tingkat mungkin yang paling tinggi.
Ini adalah tindakan pen;dukungan [yang] sangat kritis. Kecuali jika pengurus dan para penyelia memenuhi [mereka/nya] dengan baik, peningkatan tugas regu dapat gagal oleh karena kelemahan sistem ini.
5. Enablement dan Empowerment Yang menggantikan Ketakutan
Do-It-To-Them Sistem Evaluasi tradisional dengan sendirinya menghasilkan ketakutan dan ketiadaan prakarsa. Anggota Staff memusatkan pada [atas] melakukan apapun juga yang cukup untuk [menyimpan/pelihara] boss [itu] bahagia. Bagaimanapun, jika anggota sukarelawan [dari;ttg] regu peningkatan dikuasakan diberi peluang untuk menjadi ahli dan/atau untuk menggunakan tenaga ahli, yang [itu] enablement menghasilkan kegembiraan dan dedikasi. Sekolah Daerah [perlu] mendukung anggota [dari;ttg] regu peningkatan berkwalitas dengan pembiayaan dan waktu untuk konferensi, seminar, mengunjungi [bagi/kepada] lain sekolah, penggunaan konsultan, perencanaan dan berbagi dengan (orang) yang lain, dan lain lain Regu berfungsi terbaik jika anggota regu diberi otoritas dan latar belakang [itu] untuk membuat keputusan diberitahukan. Masing-Masing daerah dan sekolah [perlu] menggambarkan dan menerapkan sasaran hasil untuk suatu fokus [yang] kuat pada [atas] menjadi belajar organisasi, suatu organisasi di mana semua orang adalah suatu pelajar pada [atas] alur ke peningkatan berkwalitas.
6. Musatkan pada [atas] Penguasaan Belajar
In traditional classrooms, teachers often follow this sequence:
Di (dalam) kelas tradisional, para guru sering mengikuti urutan ini:
1 Plan-------------------> 2 Teach----------------------> 3 Test
1 Rencanakan-------------------> 2 Ajar----------------------> 3 Uji
The normal curve that usually results stands as testimony to the fact that many students fail to learn at the highest possible level in this system. The TQM alternative is:
Kurva yang normal yang pada umumnya menghasilkan [posisi/letak] [sebagai/ketika] kesaksian kepada fakta bahwa banyak para siswa gagal untuk belajar di tingkatan mungkin yang paling tinggi di (dalam) sistem ini. TQM alternatif adalah:
1 Plan--> 2 Teach (DO)--> 3 Check**--> 4 Revised Teaching (ACT)--> 5 Test**
1 Rencanakan--> 2 Mengajar ( LAKUKAN)--> 3 Meriksa**--> 4 Yang ditinjau kembali Pengajaran ( TINDAK)--> 5 Uji**
In the "check" step, formative (not-for-grade) testing is used to determine which learning some students have missed. Then non-mastered material is retaught in some different way or style. If advisable, the checking and revised teaching can be repeated more than once. Meanwhile students who have mastered the material move to enrichment learning or assist with instruction of those who have not achieved mastery. This system of mastery learning can result in much more complete learning for most students, in effect, a positive movement of the "normal" curve. This improvement in learning is a basic purpose of TQM in the classroom. For an excellent review of mastery learning, refer to this book:
Di (dalam) " cek" langkah, perkembangan ( not-for-grade) pengujian digunakan untuk menentukan yang yang belajar beberapa para siswa mempunyai luput/kehilangan. Kemudian material tidak dikuasai diajar kembali dalam beberapa gaya atau [jalan/cara] berbeda. Jika sebaiknya, pemeriksaan dan yang ditinjau kembali pengajaran dapat diulangi lebih dari sekali. Para siswa Sementara itu [siapa] yang sudah menguasai material [itu] bergerak ke pelajaran pengayaan atau membantu dengan instruksi [yang] dari mereka yang belum mencapai penguasaan. Sistem kaleng pelajaran penguasaan ini mengakibatkan jauh lebih melengkapi;menyudahi pelajaran untuk kebanyakan para siswa, pada hakekatnya, suatu hal positif bergeraknya " yang normal" membengkok. Peningkatan ini di (dalam) belajar adalah suatu tujuan DASAR TQM di (dalam) kelas [itu]. Karena suatu tinjauan ulang penguasaan [yang] sempurna [yang] belajar, mengacu pada buku ini:
Implementing
7. Manajemen dasar [oleh/dengan] Pengukuran
In the section above, you were introduced to an adapted Shewhart Cycle, a basic part of a TQM process. Be aware that measurement is very important in the ** marked steps of this cycle. For example, if a reading teacher used a new computer program in the ACT step to assist students having trouble, he or she might gather data in steps #3 and #5 and plot it in a scatter diagram to investigate the relationship between use of that program and final learning results thusly:
Di (dalam) bagian di atas, kamu telah diperkenalkan untuk suatu Shewhart diadaptasikan Siklus, suatu [part;bagian] dasar suatu TQM proses. Sadar pengukuran itu adalah sangat penting** langkah-langkah yang yang ditandai [dari;ttg] siklus ini. Sebagai contoh, jika seorang guru pembacaan menggunakan suatu program komputer baru dalam [aksi/ perbuatan] melangkah untuk membantu para siswa mempunyai;nikmati gangguan, ia atau dia mungkin mengumpulkan data sejalan # 3 dan # 5 dan merencanakan ia/nya di (dalam) suatu diagram tebar untuk menyelidiki hubungan [itu] antar[a] penggunaan (menyangkut) program itu dan akhir belajar hasil secara [dengan] begitu:
If careful analysis showed that the new program promoted strong progress in reading, that would affect planning for future instruction. This management by data rather than by opinion allows objective pursuit of the two basic purposes of TQM in education:
Jika analisa saksama menunjukkan [bahwa/yang] program yang baru mempromosikan kemajuan kuat di (dalam) membaca, itu akan mempengaruhi perencanaan untuk instruksi masa depan. Manajemen ini itu [oleh/dengan] data dibanding/bukannya oleh pendapat mengijinkan pengejaran sasaran keduanya tujuan DASAR TQM di (dalam) pendidikan:
a. Improved learning.
a. Yang ditingkatkan belajar.
b. Improved cost effectiveness.
b. Keefektifan biaya yang ditingkatkan.
These purposes and not quality for the sake of some process or award are what TQM is all about. For an outstanding summary on using measurement and other improvement tools in education consider:
Tujuan ini dan tidak demi berkwalitas proses beberapa atau penghargaan adalah TQM apa [yang] di mana-mana. Karena suatu ringkasan [yang] terkemuka pada [atas] menggunakan pengukuran dan lain perkakas peningkatan di (dalam) pendidikan mempertimbangkan:
8. Pengembangan Siswa TQM Ketrampilan
In addition to using TQM to improve learning in general, every school district should specifically equip its students to understand and use TQM. This is a basic part of schools contributing to readiness for work in the global economy. Whether a school staff decides to integrate learning TQM into existing courses or to provide it as a separate course, it is important that students DO and not just study about TQM. Two excellent resources in this area are:
Sebagai tambahan terhadap menggunakan TQM untuk meningkatkan pelajaran secara umum, tiap-tiap sekolah daerah [perlu] secara rinci memperlengkapi para siswa nya untuk memahami dan menggunakan TQM. Ini adalah suatu [part;bagian] dasar sekolah yang mendukung kesiap-siagaan untuk bekerja [yang] ekonomi yang global [itu]. Apakah suatu staff sekolah memutuskan untuk mengintegrasikan belajar TQM ke dalam kursus ada atau untuk menyediakan ia/nya sebagai kursus terpisah, adalah penting para siswa itu LAKUKAN dan tidak hanya studi tentang TQM. Dua sumber daya sempurna di (dalam) area ini adalah:
9. Suatu Humanistic Dan suatu Otak Fokus Dapat dipertukarkan di (dalam) Belajar Lingkungan
Dr. William Gelas/Kaca telah menyajikan salah satu terjemahan TQM prinsip terbaik ke dalam usul untuk suatu [yang] sangat produktif belajar lingkungan. Tiap-Tiap pendidik dapat beruntung dari pembacaan buku nya:
The Quality School Teacher, by William Glasser, M.D. (1993)
Guru Sekolah Yang berkwalitas, dengan William Gelas/Kaca, M.D. ( 1993)
Harper-Collins Publishers, Inc.
Harper-Collins Penerbit, Inc.
10 East 53rd St.; New York, NY 10022
10 Timur 53Rd St.; New York, NY 10022
It provides information on six conditions for quality schoolwork:
[Itu] menyediakan informasi pada [atas] enam kondisi-kondisi untuk pekerjaan rumah berkwalitas:
a. Harus ada suatu hangat, [yang] yang mendukung belajar lingkungan.
b. Students should be asked to do only useful work.
b. Para siswa harus diminta untuk lakukan hanya pekerjaan bermanfaat.
c. Students should be asked to do the best they can do.
c. Para siswa harus diminta untuk melaksanakan tugas mereka dapat melakukan.
d. Students should be asked to evaluate their own work and improve it.
d. Para siswa harus diminta untuk mengevaluasi pekerjaan mereka sendiri dan meningkatkan itu.
e. Quality work should always feel good.
e. Pekerjaan berkwalitas [perlu] selalu merasakan baik.
f. Quality work should never be destructive.
f. Pekerjaan berkwalitas harus tidak pernah ada bersifat merusak.
C. PENERAPAN MANAJEMEN MUTU TERPADU DI PENDIDIKAN
Konsep manjemen mutu terpadu ( TQM) telah dikembangkan oleh Amerika, W. Edwards Deming, setelah Perang Dunia II untuk meningkatkan mutu produksi barang-barang dan jasa. Konsep ini tidaklah ditangani secara serius oleh Orang Amerika sampai Jepang, yang mengadopsinya di tahun 1950 untuk menghidupkan industri dan bisnis setelah perang, kemudian sekitar tahun 1980 dapat mendominasi pasar dunia. Pada waktu itu pabrikan U.S. akhirnya mengakui model perakitan lini pabrik pada abad yang ke sembilan belas adalah ketinggalan jaman untuk pasar ekonomi global yang modern.
Konsep TQM dapat diaplikasikan pada dunia Pendidikan. Banyak pendidik percaya bahwa Konsep TQM Deming's menyediakan prinsip-prinsip untuk perubahan di bidang pendidikan. Di dalam artikel, " Revolusi mutu di dalam Pendidikan," Yohanes Burung jay Bonstingl menguraikan secara singkat prinsip TQM yang ia percayadapat merubah pendidikan. Ia menyebutnya " Empat pilar TQM ."
1: Synergistic Relationships /Hubungan Synergi.
Menurut prinsip ini, suatu organisasi harus memusatkan, pertama kali, atas pelanggan dan para penyalur nya. TQM di dalam organisasi, semua orang adalah pelanggan dan penyalur. konsep ini menekankan pada " sistematis pekerjaan yang alami di mana semua dilibatkan". Dengan kata lain, kerjasama sekelompok dan kolaborasi adalah penting.sudah menjadi kebiasaan, pendidikan cenderung individual dan departemen yang terasing. Bagaimanapun, menurut Bonstingl, praktek yang ketinggalan jaman ini tidak lagi pelayanan yang panjang " Ketika aku menutup pintu kelas, those kids are mine!" suatu dugaan yang membatasi untuk hidup bertahan di dunia di mana kerjasama kelompok dan kolaborasi memberikan banyak manfaat PADA orang. aplikasi dari pilar TQM yang pertama ke pendidikan menekankan hubungan yang synergistic antara " para suppliers " dan " pelanggan". Konsep sinergi menyatakan bahwa capaian dan produksi ditingkatkan dengan penyatuan bakat dan pengalaman individu.
Di dalam kelas, guru-murid regu adalah tim . Produk kesuksesan mereka dalam bekerjasama adalah pengembangan kemampuan siswa, minat, dan karakter. Di dalam satu pengertian, siswa adalah pelanggan guru,sebagai penerima dari jasa bidang pendidikan untuk peningkatan dan pertumbuhan siswa. Pandangan ini, guru dan sekolah adalah para penyalur dari efektif alat belajar, lingkungan, dan sistem untuk siswa, siapa pelanggan utama sekolah. Sekolah bertanggung jawab untuk menjamin kelangsungan pendidikan para siswa jangka panjang dengan pengajarannya bagaimana cara belajar dan cara berkomunikasi, bagaimana cara mendapatkan pekerjaan berkwalitas mereka sendiri dan dari yang lain, dan bagaimana cara menanam modal yang kekal bagi mereka sendiri dan proses belajar proses dengan memaksimalkan peluang untuk pertumbuhan pada tiap-tiap aspek ttg hidup sehari-hari. Di dalam pengertian lain, siswa adalah juga seorang pekerja, produk siapa sangat utama kemajuan berkelanjutan nya dan pertumbuhan pribadi.
2: perbaikan terus menerus dan Evaluasi Diri.
Pilar yang kedua aplikasi TQM dalam pendidikan adalah adanya perbaikan terus menerus, secara pribadi dan secara bersama-sama. Di dalam menyeting kualitas Sekolah, administrator bekerja berkolaborasi dengan pelanggan dan para guru. Dalam “Manajemen ilmiah"... ia, mengendalikan dan memberikan perintah. Dasar untuk sistem ini adalah kekhawatiran, intimidasi, dan suatu pendekatan untuk memecahkan masalah. Hari ini sesuatu yang terbaik untuk kita dalam mendorong potensi semua orang dengan cara peningkatan yang berkesinambungan kemampuan kita sendiri dan mereka dari orang-orang dengan siapa kita bekerja dan hidup. Total quality adalah, sangat utama, yang merupakan pendekatan yang terbaik dalam bekerja.
Menurut Deming, tidak ada manusia pernah mengevaluasi manusia lain. Oleh karena itu, TQM menekankan evaluasi diri sebagai bagian dari suatu proses perbaikan berkelanjutan. Sebagai tambahan, prinsip ini juga melaminasi pada pemusatan] kekuatan siswa, gaya belajar individu, dan jenis kecerdasan yang berbeda .
3: Suatu Sistem dari Proses Berkelanjutan.
Pilar TQM yang ketiga yang diterapkan di akademis adalah pengenalan organisasi sebagai sistem dan pekerjaan yang dilaksanakan di dalam organisasi harus dilihat sebagai suatu proses berkelanjutan. Implikasi yang utama dari prinsip ini adalah bahwa para guru dan para siswa adalah suatu system disekolah. Mutu berkata aktip atas sistem, yang harus diuji untuk mengidentifikasi dan menghapuskan proses yang cacat yang berdampak peserta didik gagal. Karena sistem terdiri dari proses, peningkatan mutu, proses itu semua sebagian besar menentukan mutu untuk menghasilkan produk. paradigma yang baru dalam pngajaran , proses peningkatan pengajaran berkesinambungan atas hasil pelajaran didasarkan atas meninggalkan dari ketinggalan jaman gaya " mengajar dan menguji".
4: Kepemimpinan.
Prinsip TQM Yang keempat aplikasi untuk pendidikan adalah bahwa sukses TQM adalah tanggung jawab manajemen puncak. Para guru disekolah harus menetapkan konteks di mana para siswa dapat secara terbaik mencapai potensi mereka melalui kemajuan berkelanjutan yang diakibatkan oleh para guru dan para siswa yang bekerja bersama. Para guru menekankan pada area melek huruf dan pengajaran yang dibantu oleh kepemimpinan, kerangka, dan alat yang penting bagi kemajuan berkelanjutan di dalam proses belajar proses.
According to the practical evidences, the TQM principles help the schools in following clauses:
menurut bukti yang praktis, prinsip TQM membantu sekolah di dalam beberapa hal:
( a). menggambarkan kembali peran, tujuan dan tanggung-jawab sekolah.
( b). Meningkatkan sekolah sebagai " jalan hidup."
( c). Merenencana pelatihan kepemimpinan secara menyeluruh untuk pendidik pada semua tingkat.
( d). Menciptakan pengembangan staff yang menunjuk kepercayaan dan sikap staff sekolah
( e). Menggunakan riset dan informasi pratis untuk memandu kebijakan dan pelaksanaan.
( f). Mendisain secra menyeluruh pengembangan anak.
Dalam rangka mencapai hal itu di atas semua peluang skenario akademis, sebagai tambahan terhadap kesabaran, paktor partisipasi manajemen antar mitra dididik dengan guru adalah hal krusial dalam suksesnya TQM di dalam pendidikan; semua orang dilibatkan harus memahami dan percaya pada prinsipnya. Beberapa personil yang merasa terikat dengan prinsip itu dapat memudahkan suksesnya TQM. Ketrampilan Dan Visi mereka di dalam kepemimpinan, manajemen, komunikasi antar pribadi, pemecahan masalah dan hubungan kreatif adalah kualitas penting untuk suksesnya implementasi TQM.
ABSTRAKSI
TQM menurut deming menyediakan berbagai prinsif–prinsif untuk perubahan dalam pendidikan. Yohannes Burung Jay Bonsting menguraikan secara singkat empat pilar TQM dalam pendidikan. Diantaranya : 1) Synergistic relesionships/ Hubungan yang synergy. 2) Continuous imvropment and self evaluation/ kemajuan berkelanjutan dan evaluasi diri. 3) A system of ongoing process/ suatu system berkelanjutan 4) Leadership/ kepemimpinan.
TQM membantu sekolah dalam penggambaran peran ,tujuan dan tanggung jawab sekolah, meningkatkan sekolah sebagai “way of live†, perencanaan pelatihan secara menyeluruh, menciptakan pengembangan staf, penggunaan penelitian dan informasi praktis, mendesain secara menyeluruh pengembangan anak.
ANALISIS
Total quality management/ manajemen mutu terpadu merupakan konsep yang mempunyai nilai-nilai yang baik untuk perkembangan orgnisasi di semua sector kehidupan. TQM telah banyak di adopsi kedalam berbagai bidang terutama pada dunia bisnis dan ekonomi. Tetapi TQM bukan saja terpaku hanya untuk aspek bisnis dan ekonomi saja, nilai-nilai yang ada dalam Manajemen mutu terpadu dapat diimplementasikan ke dalam dunia pendidikan.
Pada dasarnya TQM dalam dunia pendidikan menurut frankin P. schargel (1994:2) dalam buku Syafarudin (2002: 35 ) dikatakan bahwa Total qulity management education is process wich involves focusing on meeting and exceeding custumer expectations, continous impruvment, sharing responsibilities with employess, and reducasing scraf and rework†Artinya bahwa mutu terpadu pendidikan dipahami sebagai suatu proses yang meilibatkan pemusatan pada pencapaian kepuasan harapan pelanggan pendidikan, perbaikan terus menerus, pembagian tanggung jawab, dengan para pegawai, dan pengurangan pekerjaan tersisa dan pengerjaan kembali.
Hamper senada dengan pendapat Frankin dalam artikel Dheeraj mehrotra menekankan pada penerapan manajemen mutu yang disesuaikan dengan sifat-sifat dasar pendidikan. Sisi pelanggan yaitu siswa, orang tua dan masyarakat menjadi pokus utama. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada bagan di bawah ini :
No
EMPAT PILAR TQM DALAM PENDIDIKAN
Macam-macam pilar TQM dalam pendidikan
Penjelasan
1
Synergistic relationship/ Hubungan yang sinergy
Prinsip ini menekankan bahwa focus utama organisasi/ sekolah adalah pada pelanggan dan penyalur. Pelanggan utama sekolah merupakan siswa itu sendiri dan penyalurnya adalah guru. Guru dan siswa adalah tim, dalam artian dibutuhkan kerjasama yang sinergi antara keduanya. Prinsip ini ditujukan agar tercapinya pengembangan kemampuan minat dan bakat siswa.
2
Continuous improvement and self evaluation/ perbaikan terus menerus dan evaluasi diri.
Di dalam pendidikan pilar TQM yang kedua ini adalah bahwa organisasi sekolah harus terus menerus melakukan perbaikan, baik secara individu ataupun secara keseluruhan. Administrtor berperan penting sekali dalam upaya perbaikan terus menerus dengan cara memperteas disiplin, seperti yang dijelaskan dalam artikel dibutuhkan pengendalian, perintah baik dengan intimidasi untuk kemajuan sekolah. Manusia sangat gampang sekali untuk melakukan evaluasi pada orang lain tetapi sulit untuk mengevaluasi diri sendiri oleh karena itu dalam TQM pendidikan dibutuhkan evaluasi diri sebagai bagian upaya perbaikan terus menerus.
3
A system of ongoing process/ suatu system dari proses yang berkelanjutan.
Dalam pilar ketiga TQM pendidikan ini adalah organisasi dianggap sebuah system artinya komponen-komponen sekolah saling mempengaruhi dan saling ketergantungan. Guru dan siswa merupakan system dari sekolah, mutu ditujukan untuk mengidentifikasi dan memperbaiki komponen-komponen yang mengalami cacat/memerukan perbaikan.
4
Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan pilar keempat dalam pendidikan. Implikasi dari prinsip ini adalah memandang bahwa kepemimpinan sebagai alat dalam menerapkan manajemen mutu terpadu harus memiliki visi dan misi atau pandangan jauh kedepan. Aspek kepemimpinan sangat esensial sekali dalam perkembangan mutu. Kepemimpinan dilihat dari sudut formal yakni kepala sekolah sebagai pimpinan puncak wajib melakukan perbaikan-perbaikan serta mengendalikan pelaksaan sekolah.
Penerapan manajemen mutu terpadu/TQM diyakini dapat membantu sekolah dalam berbagai hal diantaranya adalah :
Menggambarkan kembali peran, tujuan dan tanggung –jawab sekolah.
Dengan adanya penerapan TQM dalam pendidikan akan membantu memperjelas peranan masing-masing komponen sekolah. Seperti kepala sekolah, guru dan siswa, serta masyarakat.
Menjadikan sekolah sebagai “ way lifeâ€
Sebagian orang menganggap bahwa sekolah hanya sebagai kebutuhan semata tetapi dengan adanya penerapan TQM maka akan menjadikan sekolah sebagai jalan hidup artinya sekolah merupakan salah satu jalan bagi mereka untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
Memberikan bantuan dalam perencanaan pelatihan kepemimpinan secara menyeluruh pada semua tingkat.
Menciptakan pengembangan staf.
Menggunakan riset dan informasi
TQM di tujukan akan adanya perbaikan secara terus menerus hal ini akan berdampak pada adanya upaya penelitian serta adanya penyediaan informasi mengenai sekolah.
Disain secara menyeluruh pengembangan anak.
Artinya bahwa dengan adanya TQm akan memberikan manfaat pada desain atau rancangan dalam pengembangan anak didik.
Hasil:
68% lulusan melanjut ke perguruan tinggi atau universitas. Rata-Rata untuk sekolah menengah pedesaan kurang dari 5%.
28% ke technical/trade sekolah atau ke dalam dinas militer.
Tingkat Drop-Out bervariasi antar nol sampai 0.5%.
97% para siswa percaya bahwa mutu pendidikan lebih baik dibandingkan dengan pendidikan yang tersedia di masyarakat /rumah mereka.
92% tahun 1992 banyak tamatan ingin anak-anak mereka untuk masuk sekolah Mt. Edgecumbe. Tantangan akademis menjadi alasan yang utama.
75% lulusan merasakan sekolah itu melakukan suatu pekerjaan yang baik, menyiapkan mereka untuk melanjutkan pendidikan.
Penyalahgunaan Obat Dan Alkohol menurun secara dramatis.
Kepuasan Orangtua telah bangkit.
David menggunakan pendekatan TQM menjadi mudah untuk dipahami, sederhana untuk diterapkan, dan sukses menurunkan biaya dan meningkatkan kepuasan student/teacher/keluarga. Kita akan membantu kamu mendapatkan secara terorganisir, mengenai konsep dan cara dalam peningkatan mutu terpadu, dan memperlihatkan pada kamu bagaimana cara menerapkan teknik yang berkualitas Dalam semua tahap pendidikan.
Keistimewaan produk ( semakin baik keistimewaan produk semakin tinggi mutunya).
Bebas definisi ( semakin sedikit defisiensi, berarti semakin baik mutunya).
Mutu adalah karakteristik produk / jasa yang ditentukan oleh pemakai atau customer dan diperoleh melalui pengukuran proses serta melalui perbaikan yang berkelanjutan.
Mutu: The difficulty in defining quality is to translate future needs of the uses into measurable characteristic, so that a product can be designed and turned out to give satisfaction at a price than the user will pay (1986).
Menurut Philip B. Coss by (1979) Conformance to requipment, Armand V. Feigenbaum (1956). Full customer satisfaction.
Menurut Suwarno, Mutu adalah:
o Suatu karakteristik/atribut dari pada sesuatu
o Penilaian subyektif dari pada kustomer
Sumber : Soewarso. 1996. Total Quality Management. Yogyakarta: ANDI.
Mutu adalah paduan sifat-sifat suatu barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan pelanggan.
Menurut A. Widjaya
Mutu adalah kesesuaian/ kecocokan dengan spesifikasi dan standar yang berlaku yang pas untuk digunakan dan dapat memuaskan keinginan, kebutuhan, dan pengharapan pelanggan dengan biaya yang kompetitif.
Peristilahan yang menjadi kunci dari kedua definisi mutu tersebut adalah :
Kesesuaian/ kecocokan
Standar
Memuaskan
Pelanggan
Produk dan jasa
2. Mutu/ kualitas
Mutu / kualitas adalah suatu kesesuaian / kecocokan antara barang adan jasa dengan standar yang telah ditetapkan untuk memenuhi kebutuhan sehingga terciptanya kepuasan pelanggan.
JOSEPH JURAN
W. EDWAR DEMING
PHILIP COSBY
KONSEP MUTU
Mutu menurut Juran adalah kemampuan untuk digunakan fitness for use.
Sumber : Drs. Amin Widjaja Tunggal. 1993. Manajemen Mutu Terpadu suatu pengantar. Jakarta : Rineka Cipta.
Mutu adalah Suatu tingkat yang dapat diprediksi dari keseragaman dan ketergantungan biaya yang rendah dan sesuai dengan pasar.
Sumber : Drs. Amin Widjaja Tunggal. 1993. Manajemen Mutu Terpadu suatu pengantar. Jakarta : Rineka Cipta.
Mutu menurut Crosby adalah sesuai dengan persyaratan ( conformance to = requirements).
Sumber : Drs. Amin Widjaja Tunggal. 1993. Manajemen Mutu Terpadu suatu pengantar. Jakarta : Rineka Cipta.
KARAKTERISTIK MUTU
Barang/ jasa yang bermutu memiliki nilai guna yang tinggi bagi pelanggannya.
Merencanakan mutu sesuai dengan kondisi pasar
Mutu produk berorientasi pada konsumen
1. Pihak produsen berusaha melakukan konsep zero defect dalam produksi prodaknyaidak selamanya produk dengan kualitas baik, memiliki harga tinggi.
Berorientasi pada selera konsumen
Mutu produk berorientasi pada konsumen
Ada penekanan pada disain dan proses
Manajemen kualitas merupakan tanggung jawab seluruh organisasi
Memperhatikan keluhan dari konsumen sehingga terus berusaha untuk meningkatkan mutu
Adanya upaya perbaikan yang terus menerus
Basis perbaikan menekankan pada pendekatan kelompok proyek-prpyek.
Basis perbaikan yaitu dengan secara terus menerus mengurangi penyimpangan menghilangkan tujuan tanpa metode.
Basis perbaikannya pada proses bukanlah suatu program, tujuan perbaikan.
Kerjasama kelompok/team pendekatannya pada kelompok dan gugus kendali mutu.
Kerjasama team diarahkan pada partisipasi karyawan dalam pengambilan keputusan, memcahkan kendala antara departemen
Kerjasama kelompok Lebih menekankan pada perbaikan mutu /dewan mutu.
3. Manajemen mutu terpadu dalam persekolahan
Suatu system manajemen yang menghendaki adanya perbaikan mutu/kualitas sekolah melalui pemberdayaan sumber-sumber dan potensi sekolah baik berupa fisik ,ketenagaan organisasi , dan lingkungan masyarakat sekitar sekolah yang bertujuan untuk meningkatkan mutu sekolah terutama lulusan/output dari sekolah itu sendiri.
4. Komponen komponen Manajemen mutu terpadu sekolah
Komponen peserta didik
Komponen ketenaga pendidikan
Komponen sarana prasarana
Komponen structural organisasi
Komponen masyarakat
Komponen proses
5.komponen-komponen tersebut dianggap layak dikarenakan
sebagai berikut :
a. Komponen peserta didik
Indikator keberhasilan tingkat mutu yang baik dapat dilihat dari kondisi akademis peserta didik( prestasi ). Peserta didik merupakan memegang peranan sebagi komponen inti.
b. Komponen Ketenaga pendidikan
Ujung tombak dalam kegiatan proses belajar mengajar siswa di sekolah itu adalah guru.
c. Komponen sarana prasarana
untuk mendukung proses kegiatan belajar mengajar yang baik diperlukan sarana prasarana yang menunjang.
d. Komponen structural organisasi
untuk menjalankan system persekolahan dibutuhkan kerjasama tim, sehingga diperlukan adanya pengorganisasian secara structural untuk membagi peran, fungsi, dan tanggung jawab.
e. Komponen partisipasi masyarakat
Sebagai indikator keberhasilan sekolah perlu adanya kesesuaian /relevansi dengan kebutuhan masyarakat sehingga lulusan sekolah bermutu dengan benar-benar memenuhi kebutuhan masyarakat sekarang ini.
f. Komponen proses.
Komponen yang menyangkut proses ini yaitu didalamnya termasuk kegiatan PBM dan evaluasi. Komponen ini sangat berpengaruh sekali terhadap penerapan TQM dalam pendidikan terutama di sekolah. Pada dasarnya tujuan sekolah adalah menyelenggarakan kegiatan proses belajar mengajar untuk mentrasfer nilai-nilai yang baik.
TQM untuk Pendidikan
TQM di dalam Pendidikan diterapkan pada tiga tingkatan:
1. Tingkatan yang paling rendah adalah kepada proses manajemen suatu sekolah. Manfaat yang utama adalah di dalam peningkatan efisiensi dan biaya lebih rendah.
2. Tingkatan yang kedua adalah peningkatan kualitas mengajar secara menyeluruh untuk siswa. Mencakup Filosofi mutu dan methode/alat.
3. Tingkatan yang paling tinggi adalah total quality dalam belajar. Ini adalah suatu filosofi pengajaran yang didukung oleh sekumpulan alat yang komprehensip dan dikendalikan oleh para siswa dan staf dalam rangka mengidentifikasi, meneliti, dan menghilangkan penghalang bagi belajar.
Para siswa ingin sekolah memperlengkapi dirinya untuk menghadapi masa depan yang sangat tidak-pasti. Orang tua menginginkan pilihan yang terbaik dan keterlibatan anaknya dalam pendidikan. Lapangan kerja memerlukan keterampilan belajar, kerjasama sekelompok, dan motivasi diri berdasar pada pegangan yang baik.
Pemerintah di tekan untuk mengurangi pengeluaran. Di dalam keadaan ini, mutu adalah jawabannya, bukan masalah. satu-satunya cara untuk meningkatkan pendpatan dan mengurangi biaya-biaya, seperti praktisi industri yang terkemuka menemukan hal itu tahun 1980-an.
Suatu contoh tingkatan tinggi kualitas dalam pendidikan yang terkenal adalah Sekolah menengah Mt. Edgecumbe. Sekolah ini melayani 300 para siswa di pedesaan Alaska. Prakarsa Mutu mereka dimulai pada 1988. Mereka merasakan bahwa suatu kurikulum yang berkualitas harus dipusatkan pada kualitas sekolah. Para siswa memasuki filosofi pengajaran berkualitas, peralatan dan teknik, belajar teori, dan psikologi praktis. Sebab para siswa disibukan untuk mengerti kenapa mereka belajar sesuatu dan mereka berpartisipasi dalam kurikulum, mereka secara langsung mempengaruhi kurikulum masa depan seperti halnya delivery. Pelajaran harus berhubungan dengan aplikasi dan demikian usaha besar ditempatkan atas program cross-curricular.
B. Total Manajemen Berkwalitas di (dalam) Pendidikan
Why get involved with TQM?
TQM adalah suatu filosofi dan sistem untuk secara terus-menerus meningkat;kan produk dan/atau jasa [itu] yang ditawarkan ke pelanggan. Sejak teknologi transportasi dan komunikasi sudah menggantikan sistem ekonomi negara dengan suatu ekonomi global, negara-negara dan bisnis yang tidak praktek TQM dapat menjadi serentak tidak kompetitif melainkan dengan cepat. Ini berbaris ke arah kaleng tidak kompetitif dihindarkan jika warganegara dibantu untuk menjadi TQM praktisi. Oleh karena itu, yang potensial keuntungan-keuntungan TQM di (dalam) suatu sekolah, daerah atau perguruan tinggi adalah sangat jelas:
TQM dapat membantu suatu sekolah atau perguruan tinggi menyediakan lebih baik melayani ke [yang] utama nya customers--students dan pemberi kerja.
Fokus Kemajuan berkelanjutan TQM adalah suatu [jalan/cara] pokok memenuhi kebutuhan tanggung-jawab yang umum ke perubahan bidang pendidikan.
Operasi suatu NO-FEAR TQM sistem dengan suatu fokus pada [atas] peningkatan dan pertumbuhan berlanjut menawarkan lebih [] kegembiraan dan menghadapi tantangan ke para siswa dan para guru dibanding a " cukup baik" pelajaran lingkungan dapat menyediakan. Oleh karena itu, iklim untuk belajar ditingkatkan.
Apakah [yang merupakan] unsur-unsur TQM yang penting di (dalam) pendidikan?
Di (dalam) suatu TQM sekolah atau perguruan tinggi, regu peningkatan dan individu secara konstan aktip pada [atas] meningkat;kan [jasa;layanan] ke pelanggan. Konsep dapat memberi bantuan menjadi " cukup baik" dipertimbangkan tidak cukup. Pemahaman [yang] saksama perbedaan antar[a] tradisional dan TQM sekolah terbaik dikembangkan [adalah] suatu seminar dinamis, [yang] bukan secara sederhana pemandu [di]tertulis. Oleh karena itu, pemandu ini dimaksudkan untuk melengkapi seminar seperti itu. Masing-Masing unsur-unsur yang berikut adalah sangat penting untuk secara penuh [merealisir/sadari] potensi TQM di (dalam) pendidikan:
1. Kesadaran Dan Komitmen untuk Semua orang
Yang ilmu bahasa, kinesthetic, visuil, dan/atau mathematical bakat seorang siswa tidak akan dikembangkan kepada potensi [yang] paling penuh mereka kecuali jika TIAP-TIAP anggota suatu teaching-learning persekutuan mempromosikan mutu mungkin yang paling tinggi pada masing-masing melangkah proses pengembangan. Suatu perubahan bentuk dari " cukup baik" atau pendidikan tradisional ( [di mana/jika] tanda atau nilai/kelas " A" dan " B" adalah cukup baik sekalipun mereka tidak menghadirkan pekerjaan terbaik) perlukah mulai dengan semua orang dibuat sadar akan potensi dan unsur-unsur TQM. Suatu [jalan/cara] sempurna untuk mulai ada bersama suatu total staff yang bertemu dengan orang tua dan anggota dewan sekolah [yang] mengambil bagian. Kaleng Pertemuan menyediakan:
Suatu ikhtisar TQM unsur-unsur [yang] dinamis dan potensi oleh satu atau lebih presenters [siapa] yang sudah mengalami kedua-duanya dan Suatu komitmen jelas bersih dari dewan sekolah, pengawas, dan prinsip bahwa mereka akan secara penuh mendukung TQM usaha dan bahwa mereka tidak harapkan ( untuk menggunakan bahasa W. Edwards Deming) " kue puding sekejap/saat tertentu" hasil.
2. Suatu Misi Jelas bersih
Memanage pergerakan berlanjut ke arah standar mutu [yang] lebih tinggi tergantung pada melukiskan standard itu. Jika suatu TQM komisi pengendalian dibentuk [adalah] suatu sekolah ( Lihat unsur # 10a.), [itu] [perlu] menentukan jawaban bagi [itu] [yang] ini question--Does sekolah mempunyai suatu statemen misi [yang] customer-focused jelas bersih dan suatu proses berfungsi untuk divisi dan/atau departemen [yang] menterjemahkan statemen ini ke dalam hasil jalan keluar untuk lulus? Jika jawaban adalah " tidak (ada)", masalah itu harus ditujukan dengan lokal, status, nasional, dan pemberi kerja baku. Standard ini [perlu] menekankan mengembang;kan kemampuan siswa untuk memecahkan real-life permasalahan dibanding/bukannya [hanya;baru saja] menghafalkan pokok. Yang belakangan tidak menghadirkan mutu untuk baik para siswa maupun pemberi kerja.
3. Suatu Pendekatan Perencanaan Sistem
Pendidikan tradisional telah menjadi terlalu sering membagi menjadi bagian. Guru X menyediakan suatu Kursus bahasa Inggris; Guru Ilmu pengetahuan Y mungkin memusatkan dengan berat pada [atas] suatu pengetahuan siswa [dari;ttg] prinsip ilmiah tanpa membayar banyak perhatian [bagi/kepada] mengembang;kan yang kemampuan siswa untuk menggunakan Prinsip Bahasa Inggris di dalam menulis suatu laporan teknis. [Yang] tanpa sadar, siswa mulai untuk memandang Bahasa Inggris sebagai " kursus" sebagai ganti maupun [sebagai/ketika/sebab] ketrampilan untuk digunakan. Jika untuk tingkat yang lebih tinggi siswa kemampuan/ wewenang (diharapkan) untuk dikembangkan, harus ada untuk tingkat yang lebih tinggi system-wide dan cross-department PERENCANAAN untuk peningkatan intervi di (dalam) sekolah dan perguruan tinggi. Ketiadaan perencanaan sistem adalah suatu penghalang serius ke mutu lebih tinggi di (dalam) siswa [yang] belajar. Bandingkan school-wide pengembangan pembacaan ini merencanakan [adalah] suatu sekolah menengah dengan apa [yang] kamu memahami tentang banyak orang yang lebih dangkal mengenai perbaikan tradisional membaca program.
Tentu saja, sistim yang demikian mendekati [bagi/kepada] belajar peningkatan [yang] secara normal terjadi hanya jika perencanaan inter departemen menyusun itu.
4. Teaming Replacing Hierarchy
Organisasi yang hirarkis [dari;ttg] kemarin masih dominan terlalu banyak bisnis dan sekolah. . seperti (itu) organisasi [tuju/ cenderung] untuk mempromosikan usaha individu " cukup baik" untuk mencukupi seorang penyelia [siapa] yang kadang-kadang mengetahui lebih sedikit sekitar bagaimana cara mencapai mutu dibanding he/she itu mensupervisi. Cross-Department Regu dapat dan mempromosikan peningkatan lebih kuat jika mereka adalah:
Dengan suatu misi jelas bersih dan otoritas kuat
Supported rather than hampered by supervisors.
yang didukung Dibanding/Bukannya yang dihambat oleh para penyelia.
Pen;Dukungan adalah suatu unsur utama di (dalam) sukses atau kegagalan TQM. Jika pengurus, para penyelia, dan para ketua departemen mendukung regu peningkatan tugas, regu itu dapat menghasilkan lebih [] motivasi dan peningkatan dibanding kaleng jika tidak dicapai. Jika bukan, TQM tidak bisa mencapai potensi nya. Di (dalam) TQM program [yang] dioperasikan, pengurus dan para penyelia bekerja dengan rajin pada:
a. Desak misi dan visi jelas bersih b. Koordinasi antar tugas atau regu peningkatan c. Dukung otoritas dan usaha regu peningkatan [itu] kepada derajat tingkat mungkin yang paling tinggi.
Ini adalah tindakan pen;dukungan [yang] sangat kritis. Kecuali jika pengurus dan para penyelia memenuhi [mereka/nya] dengan baik, peningkatan tugas regu dapat gagal oleh karena kelemahan sistem ini.
5. Enablement dan Empowerment Yang menggantikan Ketakutan
Do-It-To-Them Sistem Evaluasi tradisional dengan sendirinya menghasilkan ketakutan dan ketiadaan prakarsa. Anggota Staff memusatkan pada [atas] melakukan apapun juga yang cukup untuk [menyimpan/pelihara] boss [itu] bahagia. Bagaimanapun, jika anggota sukarelawan [dari;ttg] regu peningkatan dikuasakan diberi peluang untuk menjadi ahli dan/atau untuk menggunakan tenaga ahli, yang [itu] enablement menghasilkan kegembiraan dan dedikasi. Sekolah Daerah [perlu] mendukung anggota [dari;ttg] regu peningkatan berkwalitas dengan pembiayaan dan waktu untuk konferensi, seminar, mengunjungi [bagi/kepada] lain sekolah, penggunaan konsultan, perencanaan dan berbagi dengan (orang) yang lain, dan lain lain Regu berfungsi terbaik jika anggota regu diberi otoritas dan latar belakang [itu] untuk membuat keputusan diberitahukan. Masing-Masing daerah dan sekolah [perlu] menggambarkan dan menerapkan sasaran hasil untuk suatu fokus [yang] kuat pada [atas] menjadi belajar organisasi, suatu organisasi di mana semua orang adalah suatu pelajar pada [atas] alur ke peningkatan berkwalitas.
6. Musatkan pada [atas] Penguasaan Belajar
In traditional classrooms, teachers often follow this sequence:
Di (dalam) kelas tradisional, para guru sering mengikuti urutan ini:
1 Plan-------------------> 2 Teach----------------------> 3 Test
1 Rencanakan-------------------> 2 Ajar----------------------> 3 Uji
The normal curve that usually results stands as testimony to the fact that many students fail to learn at the highest possible level in this system. The TQM alternative is:
Kurva yang normal yang pada umumnya menghasilkan [posisi/letak] [sebagai/ketika] kesaksian kepada fakta bahwa banyak para siswa gagal untuk belajar di tingkatan mungkin yang paling tinggi di (dalam) sistem ini. TQM alternatif adalah:
1 Plan--> 2 Teach (DO)--> 3 Check**--> 4 Revised Teaching (ACT)--> 5 Test**
1 Rencanakan--> 2 Mengajar ( LAKUKAN)--> 3 Meriksa**--> 4 Yang ditinjau kembali Pengajaran ( TINDAK)--> 5 Uji**
In the "check" step, formative (not-for-grade) testing is used to determine which learning some students have missed. Then non-mastered material is retaught in some different way or style. If advisable, the checking and revised teaching can be repeated more than once. Meanwhile students who have mastered the material move to enrichment learning or assist with instruction of those who have not achieved mastery. This system of mastery learning can result in much more complete learning for most students, in effect, a positive movement of the "normal" curve. This improvement in learning is a basic purpose of TQM in the classroom. For an excellent review of mastery learning, refer to this book:
Di (dalam) " cek" langkah, perkembangan ( not-for-grade) pengujian digunakan untuk menentukan yang yang belajar beberapa para siswa mempunyai luput/kehilangan. Kemudian material tidak dikuasai diajar kembali dalam beberapa gaya atau [jalan/cara] berbeda. Jika sebaiknya, pemeriksaan dan yang ditinjau kembali pengajaran dapat diulangi lebih dari sekali. Para siswa Sementara itu [siapa] yang sudah menguasai material [itu] bergerak ke pelajaran pengayaan atau membantu dengan instruksi [yang] dari mereka yang belum mencapai penguasaan. Sistem kaleng pelajaran penguasaan ini mengakibatkan jauh lebih melengkapi;menyudahi pelajaran untuk kebanyakan para siswa, pada hakekatnya, suatu hal positif bergeraknya " yang normal" membengkok. Peningkatan ini di (dalam) belajar adalah suatu tujuan DASAR TQM di (dalam) kelas [itu]. Karena suatu tinjauan ulang penguasaan [yang] sempurna [yang] belajar, mengacu pada buku ini:
Implementing
7. Manajemen dasar [oleh/dengan] Pengukuran
In the section above, you were introduced to an adapted Shewhart Cycle, a basic part of a TQM process. Be aware that measurement is very important in the ** marked steps of this cycle. For example, if a reading teacher used a new computer program in the ACT step to assist students having trouble, he or she might gather data in steps #3 and #5 and plot it in a scatter diagram to investigate the relationship between use of that program and final learning results thusly:
Di (dalam) bagian di atas, kamu telah diperkenalkan untuk suatu Shewhart diadaptasikan Siklus, suatu [part;bagian] dasar suatu TQM proses. Sadar pengukuran itu adalah sangat penting** langkah-langkah yang yang ditandai [dari;ttg] siklus ini. Sebagai contoh, jika seorang guru pembacaan menggunakan suatu program komputer baru dalam [aksi/ perbuatan] melangkah untuk membantu para siswa mempunyai;nikmati gangguan, ia atau dia mungkin mengumpulkan data sejalan # 3 dan # 5 dan merencanakan ia/nya di (dalam) suatu diagram tebar untuk menyelidiki hubungan [itu] antar[a] penggunaan (menyangkut) program itu dan akhir belajar hasil secara [dengan] begitu:
If careful analysis showed that the new program promoted strong progress in reading, that would affect planning for future instruction. This management by data rather than by opinion allows objective pursuit of the two basic purposes of TQM in education:
Jika analisa saksama menunjukkan [bahwa/yang] program yang baru mempromosikan kemajuan kuat di (dalam) membaca, itu akan mempengaruhi perencanaan untuk instruksi masa depan. Manajemen ini itu [oleh/dengan] data dibanding/bukannya oleh pendapat mengijinkan pengejaran sasaran keduanya tujuan DASAR TQM di (dalam) pendidikan:
a. Improved learning.
a. Yang ditingkatkan belajar.
b. Improved cost effectiveness.
b. Keefektifan biaya yang ditingkatkan.
These purposes and not quality for the sake of some process or award are what TQM is all about. For an outstanding summary on using measurement and other improvement tools in education consider:
Tujuan ini dan tidak demi berkwalitas proses beberapa atau penghargaan adalah TQM apa [yang] di mana-mana. Karena suatu ringkasan [yang] terkemuka pada [atas] menggunakan pengukuran dan lain perkakas peningkatan di (dalam) pendidikan mempertimbangkan:
8. Pengembangan Siswa TQM Ketrampilan
In addition to using TQM to improve learning in general, every school district should specifically equip its students to understand and use TQM. This is a basic part of schools contributing to readiness for work in the global economy. Whether a school staff decides to integrate learning TQM into existing courses or to provide it as a separate course, it is important that students DO and not just study about TQM. Two excellent resources in this area are:
Sebagai tambahan terhadap menggunakan TQM untuk meningkatkan pelajaran secara umum, tiap-tiap sekolah daerah [perlu] secara rinci memperlengkapi para siswa nya untuk memahami dan menggunakan TQM. Ini adalah suatu [part;bagian] dasar sekolah yang mendukung kesiap-siagaan untuk bekerja [yang] ekonomi yang global [itu]. Apakah suatu staff sekolah memutuskan untuk mengintegrasikan belajar TQM ke dalam kursus ada atau untuk menyediakan ia/nya sebagai kursus terpisah, adalah penting para siswa itu LAKUKAN dan tidak hanya studi tentang TQM. Dua sumber daya sempurna di (dalam) area ini adalah:
9. Suatu Humanistic Dan suatu Otak Fokus Dapat dipertukarkan di (dalam) Belajar Lingkungan
Dr. William Gelas/Kaca telah menyajikan salah satu terjemahan TQM prinsip terbaik ke dalam usul untuk suatu [yang] sangat produktif belajar lingkungan. Tiap-Tiap pendidik dapat beruntung dari pembacaan buku nya:
The Quality School Teacher, by William Glasser, M.D. (1993)
Guru Sekolah Yang berkwalitas, dengan William Gelas/Kaca, M.D. ( 1993)
Harper-Collins Publishers, Inc.
Harper-Collins Penerbit, Inc.
10 East 53rd St.; New York, NY 10022
10 Timur 53Rd St.; New York, NY 10022
It provides information on six conditions for quality schoolwork:
[Itu] menyediakan informasi pada [atas] enam kondisi-kondisi untuk pekerjaan rumah berkwalitas:
a. Harus ada suatu hangat, [yang] yang mendukung belajar lingkungan.
b. Students should be asked to do only useful work.
b. Para siswa harus diminta untuk lakukan hanya pekerjaan bermanfaat.
c. Students should be asked to do the best they can do.
c. Para siswa harus diminta untuk melaksanakan tugas mereka dapat melakukan.
d. Students should be asked to evaluate their own work and improve it.
d. Para siswa harus diminta untuk mengevaluasi pekerjaan mereka sendiri dan meningkatkan itu.
e. Quality work should always feel good.
e. Pekerjaan berkwalitas [perlu] selalu merasakan baik.
f. Quality work should never be destructive.
f. Pekerjaan berkwalitas harus tidak pernah ada bersifat merusak.
C. PENERAPAN MANAJEMEN MUTU TERPADU DI PENDIDIKAN
Konsep manjemen mutu terpadu ( TQM) telah dikembangkan oleh Amerika, W. Edwards Deming, setelah Perang Dunia II untuk meningkatkan mutu produksi barang-barang dan jasa. Konsep ini tidaklah ditangani secara serius oleh Orang Amerika sampai Jepang, yang mengadopsinya di tahun 1950 untuk menghidupkan industri dan bisnis setelah perang, kemudian sekitar tahun 1980 dapat mendominasi pasar dunia. Pada waktu itu pabrikan U.S. akhirnya mengakui model perakitan lini pabrik pada abad yang ke sembilan belas adalah ketinggalan jaman untuk pasar ekonomi global yang modern.
Konsep TQM dapat diaplikasikan pada dunia Pendidikan. Banyak pendidik percaya bahwa Konsep TQM Deming's menyediakan prinsip-prinsip untuk perubahan di bidang pendidikan. Di dalam artikel, " Revolusi mutu di dalam Pendidikan," Yohanes Burung jay Bonstingl menguraikan secara singkat prinsip TQM yang ia percayadapat merubah pendidikan. Ia menyebutnya " Empat pilar TQM ."
1: Synergistic Relationships /Hubungan Synergi.
Menurut prinsip ini, suatu organisasi harus memusatkan, pertama kali, atas pelanggan dan para penyalur nya. TQM di dalam organisasi, semua orang adalah pelanggan dan penyalur. konsep ini menekankan pada " sistematis pekerjaan yang alami di mana semua dilibatkan". Dengan kata lain, kerjasama sekelompok dan kolaborasi adalah penting.sudah menjadi kebiasaan, pendidikan cenderung individual dan departemen yang terasing. Bagaimanapun, menurut Bonstingl, praktek yang ketinggalan jaman ini tidak lagi pelayanan yang panjang " Ketika aku menutup pintu kelas, those kids are mine!" suatu dugaan yang membatasi untuk hidup bertahan di dunia di mana kerjasama kelompok dan kolaborasi memberikan banyak manfaat PADA orang. aplikasi dari pilar TQM yang pertama ke pendidikan menekankan hubungan yang synergistic antara " para suppliers " dan " pelanggan". Konsep sinergi menyatakan bahwa capaian dan produksi ditingkatkan dengan penyatuan bakat dan pengalaman individu.
Di dalam kelas, guru-murid regu adalah tim . Produk kesuksesan mereka dalam bekerjasama adalah pengembangan kemampuan siswa, minat, dan karakter. Di dalam satu pengertian, siswa adalah pelanggan guru,sebagai penerima dari jasa bidang pendidikan untuk peningkatan dan pertumbuhan siswa. Pandangan ini, guru dan sekolah adalah para penyalur dari efektif alat belajar, lingkungan, dan sistem untuk siswa, siapa pelanggan utama sekolah. Sekolah bertanggung jawab untuk menjamin kelangsungan pendidikan para siswa jangka panjang dengan pengajarannya bagaimana cara belajar dan cara berkomunikasi, bagaimana cara mendapatkan pekerjaan berkwalitas mereka sendiri dan dari yang lain, dan bagaimana cara menanam modal yang kekal bagi mereka sendiri dan proses belajar proses dengan memaksimalkan peluang untuk pertumbuhan pada tiap-tiap aspek ttg hidup sehari-hari. Di dalam pengertian lain, siswa adalah juga seorang pekerja, produk siapa sangat utama kemajuan berkelanjutan nya dan pertumbuhan pribadi.
2: perbaikan terus menerus dan Evaluasi Diri.
Pilar yang kedua aplikasi TQM dalam pendidikan adalah adanya perbaikan terus menerus, secara pribadi dan secara bersama-sama. Di dalam menyeting kualitas Sekolah, administrator bekerja berkolaborasi dengan pelanggan dan para guru. Dalam “Manajemen ilmiah"... ia, mengendalikan dan memberikan perintah. Dasar untuk sistem ini adalah kekhawatiran, intimidasi, dan suatu pendekatan untuk memecahkan masalah. Hari ini sesuatu yang terbaik untuk kita dalam mendorong potensi semua orang dengan cara peningkatan yang berkesinambungan kemampuan kita sendiri dan mereka dari orang-orang dengan siapa kita bekerja dan hidup. Total quality adalah, sangat utama, yang merupakan pendekatan yang terbaik dalam bekerja.
Menurut Deming, tidak ada manusia pernah mengevaluasi manusia lain. Oleh karena itu, TQM menekankan evaluasi diri sebagai bagian dari suatu proses perbaikan berkelanjutan. Sebagai tambahan, prinsip ini juga melaminasi pada pemusatan] kekuatan siswa, gaya belajar individu, dan jenis kecerdasan yang berbeda .
3: Suatu Sistem dari Proses Berkelanjutan.
Pilar TQM yang ketiga yang diterapkan di akademis adalah pengenalan organisasi sebagai sistem dan pekerjaan yang dilaksanakan di dalam organisasi harus dilihat sebagai suatu proses berkelanjutan. Implikasi yang utama dari prinsip ini adalah bahwa para guru dan para siswa adalah suatu system disekolah. Mutu berkata aktip atas sistem, yang harus diuji untuk mengidentifikasi dan menghapuskan proses yang cacat yang berdampak peserta didik gagal. Karena sistem terdiri dari proses, peningkatan mutu, proses itu semua sebagian besar menentukan mutu untuk menghasilkan produk. paradigma yang baru dalam pngajaran , proses peningkatan pengajaran berkesinambungan atas hasil pelajaran didasarkan atas meninggalkan dari ketinggalan jaman gaya " mengajar dan menguji".
4: Kepemimpinan.
Prinsip TQM Yang keempat aplikasi untuk pendidikan adalah bahwa sukses TQM adalah tanggung jawab manajemen puncak. Para guru disekolah harus menetapkan konteks di mana para siswa dapat secara terbaik mencapai potensi mereka melalui kemajuan berkelanjutan yang diakibatkan oleh para guru dan para siswa yang bekerja bersama. Para guru menekankan pada area melek huruf dan pengajaran yang dibantu oleh kepemimpinan, kerangka, dan alat yang penting bagi kemajuan berkelanjutan di dalam proses belajar proses.
According to the practical evidences, the TQM principles help the schools in following clauses:
menurut bukti yang praktis, prinsip TQM membantu sekolah di dalam beberapa hal:
( a). menggambarkan kembali peran, tujuan dan tanggung-jawab sekolah.
( b). Meningkatkan sekolah sebagai " jalan hidup."
( c). Merenencana pelatihan kepemimpinan secara menyeluruh untuk pendidik pada semua tingkat.
( d). Menciptakan pengembangan staff yang menunjuk kepercayaan dan sikap staff sekolah
( e). Menggunakan riset dan informasi pratis untuk memandu kebijakan dan pelaksanaan.
( f). Mendisain secra menyeluruh pengembangan anak.
Dalam rangka mencapai hal itu di atas semua peluang skenario akademis, sebagai tambahan terhadap kesabaran, paktor partisipasi manajemen antar mitra dididik dengan guru adalah hal krusial dalam suksesnya TQM di dalam pendidikan; semua orang dilibatkan harus memahami dan percaya pada prinsipnya. Beberapa personil yang merasa terikat dengan prinsip itu dapat memudahkan suksesnya TQM. Ketrampilan Dan Visi mereka di dalam kepemimpinan, manajemen, komunikasi antar pribadi, pemecahan masalah dan hubungan kreatif adalah kualitas penting untuk suksesnya implementasi TQM.
ABSTRAKSI
TQM menurut deming menyediakan berbagai prinsif–prinsif untuk perubahan dalam pendidikan. Yohannes Burung Jay Bonsting menguraikan secara singkat empat pilar TQM dalam pendidikan. Diantaranya : 1) Synergistic relesionships/ Hubungan yang synergy. 2) Continuous imvropment and self evaluation/ kemajuan berkelanjutan dan evaluasi diri. 3) A system of ongoing process/ suatu system berkelanjutan 4) Leadership/ kepemimpinan.
TQM membantu sekolah dalam penggambaran peran ,tujuan dan tanggung jawab sekolah, meningkatkan sekolah sebagai “way of live†, perencanaan pelatihan secara menyeluruh, menciptakan pengembangan staf, penggunaan penelitian dan informasi praktis, mendesain secara menyeluruh pengembangan anak.
ANALISIS
Total quality management/ manajemen mutu terpadu merupakan konsep yang mempunyai nilai-nilai yang baik untuk perkembangan orgnisasi di semua sector kehidupan. TQM telah banyak di adopsi kedalam berbagai bidang terutama pada dunia bisnis dan ekonomi. Tetapi TQM bukan saja terpaku hanya untuk aspek bisnis dan ekonomi saja, nilai-nilai yang ada dalam Manajemen mutu terpadu dapat diimplementasikan ke dalam dunia pendidikan.
Pada dasarnya TQM dalam dunia pendidikan menurut frankin P. schargel (1994:2) dalam buku Syafarudin (2002: 35 ) dikatakan bahwa Total qulity management education is process wich involves focusing on meeting and exceeding custumer expectations, continous impruvment, sharing responsibilities with employess, and reducasing scraf and rework†Artinya bahwa mutu terpadu pendidikan dipahami sebagai suatu proses yang meilibatkan pemusatan pada pencapaian kepuasan harapan pelanggan pendidikan, perbaikan terus menerus, pembagian tanggung jawab, dengan para pegawai, dan pengurangan pekerjaan tersisa dan pengerjaan kembali.
Hamper senada dengan pendapat Frankin dalam artikel Dheeraj mehrotra menekankan pada penerapan manajemen mutu yang disesuaikan dengan sifat-sifat dasar pendidikan. Sisi pelanggan yaitu siswa, orang tua dan masyarakat menjadi pokus utama. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada bagan di bawah ini :
No
EMPAT PILAR TQM DALAM PENDIDIKAN
Macam-macam pilar TQM dalam pendidikan
Penjelasan
1
Synergistic relationship/ Hubungan yang sinergy
Prinsip ini menekankan bahwa focus utama organisasi/ sekolah adalah pada pelanggan dan penyalur. Pelanggan utama sekolah merupakan siswa itu sendiri dan penyalurnya adalah guru. Guru dan siswa adalah tim, dalam artian dibutuhkan kerjasama yang sinergi antara keduanya. Prinsip ini ditujukan agar tercapinya pengembangan kemampuan minat dan bakat siswa.
2
Continuous improvement and self evaluation/ perbaikan terus menerus dan evaluasi diri.
Di dalam pendidikan pilar TQM yang kedua ini adalah bahwa organisasi sekolah harus terus menerus melakukan perbaikan, baik secara individu ataupun secara keseluruhan. Administrtor berperan penting sekali dalam upaya perbaikan terus menerus dengan cara memperteas disiplin, seperti yang dijelaskan dalam artikel dibutuhkan pengendalian, perintah baik dengan intimidasi untuk kemajuan sekolah. Manusia sangat gampang sekali untuk melakukan evaluasi pada orang lain tetapi sulit untuk mengevaluasi diri sendiri oleh karena itu dalam TQM pendidikan dibutuhkan evaluasi diri sebagai bagian upaya perbaikan terus menerus.
3
A system of ongoing process/ suatu system dari proses yang berkelanjutan.
Dalam pilar ketiga TQM pendidikan ini adalah organisasi dianggap sebuah system artinya komponen-komponen sekolah saling mempengaruhi dan saling ketergantungan. Guru dan siswa merupakan system dari sekolah, mutu ditujukan untuk mengidentifikasi dan memperbaiki komponen-komponen yang mengalami cacat/memerukan perbaikan.
4
Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan pilar keempat dalam pendidikan. Implikasi dari prinsip ini adalah memandang bahwa kepemimpinan sebagai alat dalam menerapkan manajemen mutu terpadu harus memiliki visi dan misi atau pandangan jauh kedepan. Aspek kepemimpinan sangat esensial sekali dalam perkembangan mutu. Kepemimpinan dilihat dari sudut formal yakni kepala sekolah sebagai pimpinan puncak wajib melakukan perbaikan-perbaikan serta mengendalikan pelaksaan sekolah.
Penerapan manajemen mutu terpadu/TQM diyakini dapat membantu sekolah dalam berbagai hal diantaranya adalah :
Menggambarkan kembali peran, tujuan dan tanggung –jawab sekolah.
Dengan adanya penerapan TQM dalam pendidikan akan membantu memperjelas peranan masing-masing komponen sekolah. Seperti kepala sekolah, guru dan siswa, serta masyarakat.
Menjadikan sekolah sebagai “ way lifeâ€
Sebagian orang menganggap bahwa sekolah hanya sebagai kebutuhan semata tetapi dengan adanya penerapan TQM maka akan menjadikan sekolah sebagai jalan hidup artinya sekolah merupakan salah satu jalan bagi mereka untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
Memberikan bantuan dalam perencanaan pelatihan kepemimpinan secara menyeluruh pada semua tingkat.
Menciptakan pengembangan staf.
Menggunakan riset dan informasi
TQM di tujukan akan adanya perbaikan secara terus menerus hal ini akan berdampak pada adanya upaya penelitian serta adanya penyediaan informasi mengenai sekolah.
Disain secara menyeluruh pengembangan anak.
Artinya bahwa dengan adanya TQm akan memberikan manfaat pada desain atau rancangan dalam pengembangan anak didik.
Hasil:
68% lulusan melanjut ke perguruan tinggi atau universitas. Rata-Rata untuk sekolah menengah pedesaan kurang dari 5%.
28% ke technical/trade sekolah atau ke dalam dinas militer.
Tingkat Drop-Out bervariasi antar nol sampai 0.5%.
97% para siswa percaya bahwa mutu pendidikan lebih baik dibandingkan dengan pendidikan yang tersedia di masyarakat /rumah mereka.
92% tahun 1992 banyak tamatan ingin anak-anak mereka untuk masuk sekolah Mt. Edgecumbe. Tantangan akademis menjadi alasan yang utama.
75% lulusan merasakan sekolah itu melakukan suatu pekerjaan yang baik, menyiapkan mereka untuk melanjutkan pendidikan.
Penyalahgunaan Obat Dan Alkohol menurun secara dramatis.
Kepuasan Orangtua telah bangkit.
David menggunakan pendekatan TQM menjadi mudah untuk dipahami, sederhana untuk diterapkan, dan sukses menurunkan biaya dan meningkatkan kepuasan student/teacher/keluarga. Kita akan membantu kamu mendapatkan secara terorganisir, mengenai konsep dan cara dalam peningkatan mutu terpadu, dan memperlihatkan pada kamu bagaimana cara menerapkan teknik yang berkualitas Dalam semua tahap pendidikan.
Subscribe to:
Posts (Atom)