Ada artikel menarik pandangan Imam Al-Ghazali (w. 1111), mengenai Syukur kepada Allah, sebagai Pengaruh Metafisika Yunani Stoisisme.
Di dalam unsur Pengetahuan tentang anugerah, ada tiga faktor: 1) anugrah itu sendiri, 2) manusia yang menerima anugerah dan mengapa anugerah itu bermanfaat bagi dirinya, dan 3) pemberi anugerah.
Di dalam unsur Keadaan Pikiran dan Rasa Bahagia, ada rasa tunduk dan kerendahan hati di hadapan Pemberi Anugerah. Misalnya, bayangkan seseorang menerima kuda sebagai anugerah dari seorang raja; dia senang karena kuda itu berguna baginya, atau karena sang raja senang dengan orang itu, atau karena kuda itu membuatnya berguna bagi raja. Keadaan yang pertama diatas, bukanlah terima kasih sesungguhnya, karena kesenangannya tidak berkaitan dengan sang pemberi.
Di dalam kasus kedua, juga tidak ada terima kasih karena tidak merujuk ke sang pemberi dan dia hanya berharap ada pemberian lagi nanti dari sang raja. Dalam contoh lain, seseorang berterima kasih kepada Allah karene mengharap pahala dan takut hukuman. Hanya dalam kasus ketiga diatas, terima kasih yang sempurna dalam kebahagiaan, yaitu ketika hamba Allah berterima kasih kepada-Nya semata-mata karena mendekatkan dirinya kepada-Nya dan mengagungkan-Nya.
Terakhir, di dalam unsur Perbuatan, rasa syukur diungkapkan melalui hati, lidah, dan perbuatan. Melalui hati, kita selalu mencari yang baik dan menyebarkan kebaikan ke semua umat manusia. Melalui lidah, kita mengagungkan Allah. Melalui perbuatan, kita menggunakan anugerah dalam ketaatan kepada kehendak-Nya dan bukan dalam kemaksiatan.